JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Sekolah SMA 114 Jakarta Utara Dwi Priyo Eko Santoso tak mau menjawab lugas apakah pihaknya akan memberi sanksi DO (drop out) bagi para siswanya yang terlibat teror bom palsu di Koja Trade Mall.
Dwi hanya mengatakan, mendidik seorang anak itu tidak bisa instan dan membutuhkan waktu panjang.
"Kami labelnya adalah pendidikan. Tentunya mendidik anak itu memerlukan waktu dan tidak bisa dibatasi dengan nama pendidikan," kata Dwi dalam jumpa pers di Mapolsek Koja, Jakarta Utara, Kamis (2/11/2023).
"Apalagi, anak-anak ini, seperti penjelasan Pak Kapolsek tadi, belum ada terindikasi dari apapun (terafiliasi jaringan teroris)," lanjut dia.
Baca juga: Polisi Belum Tetapkan Tersangka dalam Kasus Teror Bom Palsu di Koja Trade Mall
Dwi berjanji, pihaknya akan memberikan pembinaan berkelanjutan, tidak hanya kepada siswanya yang membuat laporan bom palsu saja, tetapi juga ke seluruh siswa/i di sekolahnya.
Jauh sebelum siswanya terlibat perkara itu, Dwi menyampaikan, pihak sekolah selalu mengedukasi murid-murid agar bijak menggunakan media sosial.
"Selalu saya ingatkan, ketika upacara, tadarus, atau khotbah Jumat, jangan gunakan media sosial untuk memberikan keresahan kepada masyarakat, perundungan, mengancam, atau berkata kasar," ungkap Dwi.
"Kami dan staf, semua bapak dan ibu guru, itu pasti konsen tentang hal itu. Karena kami dilabeli dengan pendidikan. Jadi, kami selalu memberikan arahan-arahan untuk pendidikan anak-anak kami itu," lanjut dia.
Ke depan, pihak sekolah juga akan bekerja sama dengan sejumlah lembaga untuk membina karakter siswa dan siswinya.
Saat ditanya kembali apakah pihak sekolah akan memberikan sanksi selain DO kepada siswa yang terlibat, Dwi hanya menjawab bahwa akan mempertimbangkannya.
Baca juga: Teror Bom Palsu Hebohkan Koja Trade Mall, Ulah Pelajar SMA yang Mengaku sebagai Noordin M Top
Untuk diketahui, sebanyak enam pelajar SMA 114 Jakarta diamankan terkait teror bom palsu Koja Trade Mall, Koja, Jakarta Utara, Kamis (2/11/2023).
Dalam pemeriksaan, lima dari enam siswa dipastikan terlibat teror bom palsu tersebut. Mereka adalah FA, H, RF, KH, dan SAL.
Peristiwa itu berawal dari RF yang memberikan nomor telepon H kepada FA.
Baca juga: Siswanya Bikin Teror Bom Palsu di Koja Trade Mall, Kepala Sekolah: Sebenarnya Mereka Anak Baik
FA kemudian menghubungi H melalui pesan singkat WhatsApp. FA menggunakan nama dan foto profil WhatsApp Noordin M Top, gembong teroris yang terlibat dalam sejumlah pengeboman obyek vital di Indonesia periode 2000-2005.
Begini isi pesan singkat tersebut: "Assalamualaikum. Apakah benar ini bersama Hilbram anggota Syiah? Kami akan melakukan pengeboman di daerah Koja Trade Mall. Jika kamu peduli dengan Noordin M Top, kamu harus mengikuti acara pengeboman."
H yang tidak mengetahui bahwa FA lah yang mengirim pesan itu langsung meng-capture percakapan tersebut dan mengirimkan ke akun Instagram Koja Trade Mall melalui direct message Instagram.
Menerima pesan itu, pihak Koja Trade Mall melaporkan ke Polsek Koja.
Setelah dilakukan penyisiran ke sejumlah sudut gedung, kepolisian tidak menemukan bom di Koja Trade Mall.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.