JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi tahunan DKI Jakarta sebesar 2,08 persen pada Oktober 2023. Angka ini masih di bawah angka nasional, yakni 2,58 persen.
Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS DKI Jakarta Feri Prasetyo Nugroho mengatakan, kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga konsumen (IHK) di DKI Jakarta sebesar 2,32 poin dibandingkan Oktober 2022.
"Pada Oktober 2023, inflasi year on year (y-on-y) di DKI Jakarta tercatat sebesar 2,08 persen dengan IHK sebesar 113,76," kata Feri dalam keterangan tertulis, Kamis (2/11/2023).
Baca juga: BPS DKI: Inflasi Jakarta Naik Jadi 2,08 Persen
Angka ini masih sesuai dengan harapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berusaha mengendalikan inflasi agar tetap di bawah level nasional.
"Mudah-mudahan, kami masih optimistis inflasi DKI Jakarta masih di bawah nasional. Memang ada banyak upaya yang telah kami lakukan," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati di RPTRA Rawa Jaya, Jakarta Timur, Rabu (1/11/2023).
Kenaikan inflasi Jakarta, kata Feri, menunjukkan terjadinya kenaikan harga sejumlah komoditas selama setahun terakhir.
Berdasarkan data BPS DKI Jakarta, komoditas utama penyumbang inflasi antara lain beras sebesar 0,326 persen dan kontrak rumah 0,219 persen.
Baca juga: Inflasi Jakarta Kembali Sentuh 2 Persen, Pemprov DKI Optimistis Tetap di Bawah Nasional
Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh komoditas rokok kretek filter 0,100 persen, daging ayam ras 0,098 persen, dan emas perhiasan 0,090 persen.
"Meski demikian, ada pula beberapa komoditas yang justru mengalami penurunan harga sehingga dapat meredam laju inflasi," kata Feri.
Adapun komoditas penyumbang deflasi yakni cabai merah (0,041 persen), telur ayam ras (0,019 persen), pepaya (0,018 persen), ikan gurame (0,013 persen), dan air conditioner atau AC (0,012 persen).
Salah satunya mendorong masyarakat bercocok tanam, sebagai bagian dari program ketahanan pangan.
Dia kemudian mencontohkan panen cabai yang dilakukan serempak di seluruh kelurahan di Jakarta Timur, sebagai hasil bercocok tanam di lahan-lahan kosong yang digerakkan para lurah.
"Kenapa kami pilih cabai? Cabai adalah produk atau komoditas yang mempengaruhi. Dengan harapan, saat harganya tinggi di pasaran, ibu-ibu sudah memenuhi kebutuhannya. Tentu saja sudah menjadi mempunyai dampak positif," kata Eliawati.
Baca juga: Diminta Jokowi Kendalikan Inflasi, Heru Budi Tambah Stok Pangan Jakarta 2 Kali Lipat
Pemprov DKI Jakarta bersama pemerintah pusat juga terus berkoordinasi untuk menjaga dan memastikan ketersediaan beras.