JAKARTA, KOMPAS.com - Kelurahan Gedong di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, tidak masuk dalam daftar wilayah yang terdampak banjir milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Minggu (5/11/2023).
Padahal, pada hari itu wilayah RT 006 dan RT 010 di RW 08 terendam banjir setinggi 70-80 sentimeter.
Sekretaris RT 010/RW 08 Gedong Darmansyah menjelaskan, ini karena wilayahnya kebanjiran bukan karena air kiriman.
"Ini kan bukan kiriman banjirnya, jadi enggak masuk dalam daftar pemberitahuan dari pemerintah. Kalau (kiriman) dari Bogor, (luapan Kali) Ciliwung, itu baru diinformasikan," ujar dia di Gedong, Senin (6/11/2023).
Baca juga: Tak Masuk Data BPBD DKI, Kelurahan Gedong Pasar Rebo Sempat Terendam Banjir Setinggi 80 Sentimeter
Ia melanjutkan, banjir di wilayahnya disebabkan oleh debit air hujan yang tidak bisa ditampung dengan baik.
Sebab, selokan sentral yang mengarah ke Kali Cililitan hanya memiliki lebar dua meter. Padahal, selokan menampung kiriman air dari dua RW di Kelurahan Gedong.
Jadi, banjir di RW 08 Gedong bukan karena permukiman berada dekat dengan aliran sungai.
Banjir murni karena minimnya lahan serapan air dari intensitas hujan yang tinggi dalam waktu yang lama.
"Kami bukan air kiriman, beda sama mereka-mereka (yang masuk dalam daftar banjir BPBD DKI). Kalau dapat kiriman, terpantau pemerintah. Kami tidak," jelas Darmansyah.
"Orang enggak akan percaya di sini banjir karena enggak ada kali yang melintas. Tapi, kenapa banjir? Karena saluran pembuangan. Got sentral terlalu kecil, jadi debit air banjir di lingkungan RW 08 tidak tertampung," sambung dia.
Darmansyah menuturkan, ada sejumlah penyebab terjadinya banjir di wilayahnya.
Faktor utamanya adalah minimnya kebun dan tanah kosong yang dahulu membantu menyerap air hujan.
Sebab, mulai tahun 2000-an, pembangunan mulai terjadi. Semakin banyak permukiman warga, bangunan untuk berniaga, dan rumah kos bermunculan.
Baca juga: Pemprov DKI Bentuk Tim Reaksi Cepat Antisipasi Banjir, Bertugas 24 Jam
"Banjir di sini bukan karena air kiriman, (tetapi) karena debit air hujannya banyak dan hujannya lama. Akhirnya, air enggak ketampung. Lagi-lagi karena kurangnya tanah serapan," jelas Darmansyah.
Dahulu, ketinggian air banjir terparah sekitar 50 sentimeter. Kini, ketinggian air bisa mencapai 70-80 sentimeter.