JAKARTA, KOMPAS.com - Lurah Bungur A Z Rachman menceritakan asal usul program pemberian makanan tambahan (PMT) bernama “Power of Rp 2.000-stunting” (PODs).
Mulanya, Rachman dihadapkan pada 41 kasus anak stunting di wilayahnya. Dia dan jajarannya pun mencari cara untuk bisa mengatasi kasus itu.
“Sebenarnya sudah ada PMT yang dianggarkan di posyandu. Hanya saja itu sebulan sekali dan tidak terfokus pada stunting, tetapi untuk semua balita,” kata Rachman saat diwawancarai Kompas.com melalui telepon, Kamis (23/11/2023).
Baca juga: Lurah Bungur Buka Peluang Masuknya Dana CSR untuk Program Anak Stunting Power of Rp 2.000
“Itulah sebabnya elemen kelurahan ada rembuk stunting, ada komitmen. PODs adalah bentuk inovasi kami secara swadaya,” ujar dia.
Dalam menerapkan hal ini, Rachman mengajak jajarannya mulai dari Karang Taruna, TP PKK, RT/RW, ASN, dan tiga pilar untuk patungan sebesar Rp 2.000 per hari sebagai anggaran membuat PMT dengan kesukarelaan.
Kendati demikian, tak ada yang merasa keberatan untuk menjalankan kesepakatan ini.
“Kami kan lobi-lobinya enggak mendadak langsung rapat formil. Kami mengobrol biasa dulu, ‘Nih, ada 41 kasus stunting bagaimana caranya kita mengatasi ini, ya?’. Ya sudah koordinasi, akhirnya lambat laun ketemu ini, gitu,” papar dia.
Baca juga: Lurah Klaim Program Makanan Tambahan Tingkatkan Pertumbuhan 80 Persen Anak Stunting di Bungur
Untuk diketahui, program PODs akan berjalan selama 60 hari. Per Kamis (23/11/2023), program ini telah berjalan selama 56 hari.
Hasil evaluasi bulan pertama, PODs disebut mampu mendorong tumbuh kembang anak stunting hingga 80 persen.