JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang 2023, tidak sedikit orang telah tewas dalam kesunyian.
Mereka mengembuskan napas terakhir tanpa ada keluarga di sampingnya.
Miris. Di penghujung hari terakhir mereka di dunia, tidak ada orang terkasih yang mendampingi.
Baca juga: Wanita yang Tewas di Tanah Abang Seorang Pemulung, Polisi: Sehari-hari Tidur di Pinggir Jalan
Seorang wanita bernama Yanti (40) ditemukan tak bernyawa di trotoar Jalan H Fachrudin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2023).
Mendiang pertama kali ditemukan masih dalam keadaan hidup oleh dua saksi berinisial MI dan HT. Namun, keduanya melihat korban dalam keadaan sesak napas.
Melihat hal tersebut, saksi pergi meminta bantuan dengan warga yang melintas. Namun, setelah kembali, Yanti telah tiada.
Rupanya, ia merupakan seorang pemulung.
Melalui profesi itu, ia mencoba bertahan hidup di tengah kerasnya Ibu Kota dengan mencari sampah botol bekas, besi bekas, hingga kardus di kawasan Tanah Abang.
"Iya, pemulung. Sehari-hari tidur di pinggir jalan," kata Kanit Reskrim Polsek Metro Tanah Abang Kompol Kukuh Islami saat dihubungi wartawan, Jumat.
Berdasarkan hasil identifikasi, polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Yanti.
Korban diduga meninggal karena riwayat penyakit getah bening yang dideritanya selama beberapa waktu terakhir.
Baca juga: Wanita Meninggal di Trotoar Tanah Abang, Diduga Sakit
Seorang pedagang jamu bernama Ngatiyem (73) ditemukan meninggal dunia di rumah kontrakannya, Jalan Sungai Kampar X, RT 20 RW 01, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (31/10/2023).
Saat pertama kali ditemukan, jasad perempuan yang akrab disapa Mbah itu tergeletak di lantai.
Tubuhnya membengkak, kulitnya menghitam, dan mengeluarkan aroma tak sedap.
Menurut catatan kader Dasawisma di RT-nya bernama Juariah (47), Mbah sudah tinggal di rumah kontrakan berkelir biru itu sejak dua tahun terakhir.
Sebelumnya, Mbah beberapa kali pindah rumah kontrakan yang lokasinya masih satu RW dengan tempat ia tinggal sekarang.
Dalam periode waktu itu, Mbah tinggal sebatang kara sebagai pedagang jamu. Setiap hari, ia berjualan keliling kampung dan mangkal di Pasar Rusun, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Baca juga: Hendak Tagih Utang, Petugas Bank Keliling Temukan Pedagang Jamu Tewas di Kontrakan Cilincing
Suami Mbah juga sudah lama mangkat. Tak diketahui secara pasti kapan suami Mbah meninggal dunia.
Sebab, Mbah jarang menceritakan silsilah keluarganya.
Anak Mbah tidak ada di Jakarta. Mereka bertempat tinggal di Depok dan Solo.
Hanya saja, sesekali salah satu di antara mereka menengok Mbah. Bahkan, sempat mengajak Ngatiyem tinggal bersama.