BOGOR, KOMPAS.com - Sejumlah rumah semipermanen berderet tak beraturan di bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Mayoritas rumah di sana dibangun dari tiang bambu, dinding triplek, dan atap seng.
Namun, ada pula rumah kokoh yang terbuat dari batu bata dan semen.
Baca juga: APK di Jakarta Semrawut, Perludem: Pemprov DKI dan Bawaslu Biarkan Pelanggaran Massal
Rumah-rumah terkesan kumuh karena banyak sampah dibuang di pinggir sungai. Dinding rumah juga terlihat kusam seperti tidak pernah dicat.
Ironinya, deretan rumah itu hanya berjarak 3,5 kilometer dari Istana Bogor yang berdiri megah. Letaknya hanya terhalang Kebun Raya. Pemandangan yang cukup kontras.
Saat memasuki kawasan permukiman RT 03 RW 05, jalanan hanya bisa dilewati pejalan kaki.
Pengendara sepeda motor harus bergantian untuk melintas.
Bila berpapasan di jalan, salah satunya harus mengalah, menghentikan laju kendaraan, dan menunggu pengendara motor lain untuk melintas.
Permukiman yang sempit juga membuat beberapa rumah warga tidak terkena cahaya matahari. Bak labirin, bagi siapa pun yang belum pernah berkunjung ke sana rawan tersesat.
Baca juga: Makanan Sehari-hari Petugas Pintu Kereta Tanjung Priok: Caci Maki Pengendara dan Tawuran Antarwarga
Ada 144 KK di wilayah tersebut yang terdiri dari 396 orang.
Meski permukiman kumuh dan padat penduduk, rupanya masih banyak warga yang bertahan.
Salah satu alasannya adalah karena faktor ekonomi.
Ketua RW 05 Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah Adang Rahmat mengungkapkan, kondisi wilayahnya membutuhkan perhatian serius dari pemerintah kota (pemkot) Bogor.
Sebab, warga sekitar termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah dan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai buruh harian lepas.
Menurut Adang, hanya segelintir warga yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan memiliki pekerjaan yang layak.