BEKASI, KOMPAS.com - Rahma (30), pedagang beras di Pasar Kranji Bekasi, mengeluhkan omzetnya yang turun drastis setelah adanya kenaikan harga dagangannya.
Menurut dia, kenaikan harga beras ini merupakan yang paling parah sejak dia berdagang belasan tahun.
"Ada, (omzet) turun banget, enggak tahu gimana ini dagangnya sudah hancur-hancur banget, naiknya parah," ujar Rahma saat ditemui di lokasi, Jumat (1/3/2024).
Baca juga: Harga Beras di Bekasi Masih Terasa Mahal, Pedagang: Cuma Turun Sedikit...
Rahma menuturkan, omzetnya turun hingga 50 persen.
Karena omzetnya turun, keuntungannya pun menipis.
"50 persen turun, harapan saya sih ya semoga cepat turun ini harganya biar kami (pedagang) yang jualannya juga enak. Kalau kayak gini kan keuntungannya tipis, enggak nutup," imbuh dia.
Rahma yang merupakan warga pendatang dari Aceh memilih mengontrak di Bekasi. Pengeluaran makan keluarganya terkadang melebihi keuntungan.
"Kadang-kadang kami waktu pas mahal itu sampai makan sehari-hari melebihi untungnya, jadi kurang, sudah gitu ngontrak, saya asli Aceh, di Bekasi serba mahal," papar dia.
Baca juga: Setelah Beras, Harga Telur di Jakarta Ikut Melonjak
Sebagai pedagang, Rahma tidak mengetahui secara jelas alasan bahan pokok utama masyarakat Indonesia ini mengalami kenaikan.
"Saya enggak tahu karena apa ya, kurang paham kenapa mahal," kata dia.
Ia berharap Pemerintah dapat kembali menurunkan harga beras seperti dulu hingga Rp 9.000 perliter.
"Kalau dulu banget ada yang Rp 9.000 tahun 2023. Kalau 2024 ini belum ada yang Rp 9.000, adanya Rp 12.000," kata Rahma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.