JAKARTA, KOMPAS.com - Sadikun (56) mengucap syukur kepada Tuhan karena upahnya sebagai marbut di Masjid Raya Palapa Baitus Salam Pasar Minggu kini mencapat Rp 2 juta sebulan.
Meskipun, nominal Rp 2 juta ini sudah termasuk uang tambahan untuk kegiatan masjid dalam satu bulan tersebut.
“Alhamdulillah, sekarang lumayan. Sebenarnya tergantung kegiatan di sini. Saya dapat Rp 1,2 juta, itu dari pengurus masjid,” ujar Sadikun saat ditemui Kompas.com di Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2024).
“Kalau ada kegiatan, ada tambahan. Kalau enggak, ya sudah. Ada saja (kegiatannya). Tapi ya akhir bulan (terima upah dari kegiatan). Ya Rp 2 juta ke atas dikit,” lanjutnya.
Baca juga: Kisah Sadikun, Perantau Asal Blora yang Kini Jadi Marbut Masjid Raya Palapa Baitus Salam
Setiap Ramadhan, Sadikun bahagia karena tidak harus mengeluarkan uang makan setiap hari.
Sebab, setiap hari pihak masjid menyelenggarakan buka bersama.
“Kalau enggak puasa, ya masing-masing. Kalau puasa ini, Alhamdulillah kan selalu ada buka bersama, selalu diprioritaskan dapat. Alhamdulillah, iya, berkah tersendiri bukber. Seharusnya keluar sekian, ini dapat makan. Jadi bisa disimpan,” katanya.
Di sisi lain, Sadikun Bersama istri dan dua anaknya di sebuah rumah, kawasan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Rumah tersebut dia beli dari uang tabungannya sebagai marbut sejak 1992, hasil jual tanah warisan, dan pinjaman bank.
Katanya, kediaman itu merupakan rumah yang penuh perjuangan.
Baca juga: Selain Jadi Marbut dan Buka Warung Kelontong, Thohir Juga Ngojek untuk Bertahan Hidup
“Tahun 2009, saya dapat warisan dari Jawa, tanah. Dijual, laku Rp 18 juta. Saya ambil Rp 15 juta, yang Rp 3 juta buat perantara. Ada tabungan sedikit, beli rumah di Depok. Harga Rp 40 juta,” ujar Sadikun.
“Iya (sudah hak milik). Perjuangan itu, utang dari bank juga. Bayangin dari Rp 15 juta ke Rp 40 juta kan lumayan,” imbuh Sadikun.
Dua anak Sadikun masih mengemban pendidikan. Si sulung sudah semester enam, sedangkan bungsu duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta.
Istri Sadikun mengembangkan usaha di rumahnya sambil menjalankan tugas sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
“Istri saya waktu itu merintis kecil-kecilan. Pertama waktu itu modal Rp 50.000. Sekarang Alhamdulillah, ada saja. Usaha jajanan bocah-bocah, apa saja. Sekarang ada sembako segala macam, kecil-kecil,” ujar dia.
Baca juga: Terima Upah Marbut Masjid Rp 700.000 Per Bulan, Thohir: Cuma Cukup untuk Bayar Tagihan Rumah