Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Pembuatan Dodol Betawi di Pejaten Timur, Wajib Diaduk Lima Jam Non-stop

Kompas.com - 27/03/2024, 13:27 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dodol Betawi menjadi salah satu makanan khas Ibu Kota yang diburu masyarakat selama bulan Ramadhan.

Rasanya yang manis, kenyal, dan gurih, menjadikan kudapan ini nikmat disantap saat berbuka puasa.

Di balik kenikmatan yang dirasakan pada setiap gigitan, ada proses panjang yang dilalui sebelum dodol dinyatakan matang sempurna.

Rashim (52), salah satu pegawai di Pondok Dodol Sari Rasa Ibu Yuyun, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, mengatakan, pembuatan dodol Betawi setidaknya membutuhkan waktu setengah hari.

Baca juga: Produksi Dodol Betawi Meningkat Selama Ramadhan

Adonan dodol yang terdiri dari campuran beras ketan, gula, dan santan, wajib diaduk terus-menerus di dalam sebuah kenceng atau wajan berukuran besar selama lima jam non-stop.

“Setelah semua bahan dicampur, adonan selanjutnya tinggal dimasak di dalam kenceng dan ini menjadi bagian tersulitnya, sebab kami harus mengaduknya tanpa henti selama 4-5 jam,” ujar dia kepada wartawan, Selasa (26/3/2024) sore.

Selain membutuhkan tenaga ekstra, suasana dapur yang panas turut menjadi tantangan lain bagi Rashim.

Terlebih, ia sesekali harus berdekatan dengan bara api guna mengganti kayu bakar yang digunakannya untuk memasak dodol.

Baca juga: Tipu Daya Denisa Jual Ratusan Tiket Coldplay Fiktif hingga Raup Rp 1,2 Miliar

“Faktor lain yang bikin enggak kuat itu hawa panasnya. Soalnya dodol dimasak di atas bara api dan di sini ada beberapa tungku. Jadi panasnya muter-muter saja di ruangan ini,” tutur dia.

Di lain sisi, Rahim mengungkap, ada peningkatan produksi selama bulan Ramadhan.

Jika bulan-bulan sebelumnya hanya memproduksi dodol sebanyak dua kenceng, kini sudah mencapai 16 kenceng.

“Alhamdulillah ada peningkatan. Sehari bisa masak dua kali. Pagi hari delapan kenceng, kemudian delapan kenceng lagi setelah waktu shalat dzuhur,” ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com