JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan bakal menambah Closed Circuit Television (CCTV) di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).
Hal ini merupakan buntut kasus pemukulan siswa taruna bernama Putu Satria Ananta Rastika (19), oleh seniornya Tegar Rafi Sanjaya (21), Jumat (3/5/2024).
"Langkah yang dilakukan BPSDMP yakni dengan penambahan CCTV pada blank spot di kampus," ucap Plt. Kepala BPSDMP Subagiyo dalam keterangannya, Minggu (5/5/2024).
Baca juga: Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi
Subagiyo juga menambah CCTV ini pada kampus-kampus yang masuk dalam pengawasan BPSDMP.
Selain CCTV, BPSDMP juga menambah personel pengasuh dan pengawas di area kelas, akses tangga dan lorong, serta toilet.
"Kami juga mengoptimalkan peran pembimbing akademik dan perwira pembina taruna mendampingi dan menyediakan waktu khusus bagi taruna dalam kesehariannya," jelas dia.
"Terutama bila menghadapi masalah dan selalu membangun komunikasi dengan perwira pembina taruna maupun orang tua wali taruna.” tutur Subagiyo.
Baca juga: Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal
Diberitakan sebelumnya, taruna tingkat 1 STIP Jakarta bernama Putu dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024).
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Saputra Siagian mengatakan, peristiwa pemukulan terjadi di sebuah toilet yang berada di lantai dua gedung.
Saat itu, Putu disebut baru saja mengecek sejumlah kelas usai kegiatan jalan santai bersama beberapa rekannya.
"Mereka (korban dan temannya) dipanggil oleh Tegar. Tegar mempertanyakan korban kenapa mengenakan baju olahraga saat ke gedung pendidikan,” kata Hady dalam keterangannya.
Menurut Hady, korban dibawa pelaku ke dalam kamar mandi.
Putu dan empat temannya diminta untuk berbaris tanpa tahu tujuan dari sang senior.
“Setelah berbasis, Tegar langsung melepaskan pukulan dengan tangan kosong kepada korban (Putu) ke arah ulu hati,” tutur Hady.
Setelah dipukul sebanyak lima kali, korban diketahui langsung lemas dan terkapar.
Pelaku lantas meminta empat teman Putu pergi dan korban dibawa ke klinik yang berada di lingkungan STIP.
Sesampainya di klinik, korban disebut sudah tak bernyawa.
Pasalnya, sudah tidak ada nadi yang berdenyut di tubuh korban ketika dilakukan pemeriksaan.
"Pada saat diperiksa oleh klinik sekolah setempat, sudah dalam kondisi tidak bernadi. Nadinya sudah berhenti, dan mungkin sudah bagian dari tanda-tanda hilang nyawa," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.