JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan sekaligus Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti tak setuju dengan pernyataan yang sempat disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Ahmad Wahid.
Sebelumnya, Wahid menyebut kasus penganiayaan yang menimpa taruna STIP bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) terjadi karena masalah pribadi dengan tersangka penganiayaan, Tegar Rafi Sanjaya (21).
"Ketika pimpinan dari STIP ini menyatakan kalau itu (kasus penganiayaan Putu) adalah masalah pribadi, itu salah besar karena di sini ada relasi kuasa antara senior terhadap junior. Itu tidak mungkin karena masalah pribadi, ditambah orangnya (yang terlibat) banyak," ungkap Retno dalam Obrolan Newsroom Kompas.com Senin (6/5/2024).
Baca juga: Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi
Retno menyampaikan, pernyataan Wahid soal kasus penganiayaan Putu harusnya bisa disangkal dengan sangat jelas.
Pasalnya, terdapat sejumlah hal yang membuktikan bahwa tindak kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan Tegar terhadap Putu tak berhubungan dengan masalah pribadi.
"Tidak (masalah) pribadi, kalau pribadi berarti dilakukan satu lawan satu dan ada perlawanan, tapi ini kan enggak ada perlawanan dari korban," jelas Retno.
Selain itu, adanya teman-teman korban pada saat Putu dianiaya Tegar di dalam toilet lantai 2 STIP juga jadi bukti lainnya bahwa peristiwa yang terjadi bukan karena masalah pribadi.
"Harusnya korban enggak bawa orang-orang, enggak bawa teman-temannya kalau itu masalah pribadi. Mana berani temennya juga ngebelain korban kalau lawannya adalah seorang senior, kan begitu," ujar Retno.
Lebih lanjut, Retno meyakini bahwa kasus kekerasan yang menimpa Putu terjadi karena tradisi kekerasan yang masih ada di STIP.
Baca juga: Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban
"Jadi ini sesuatu yang tidak mungkin karena masalah pribadi, tetapi bahwa ini ada sistem pendisiplinan yang dilakukan dengan kekerasan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua STIP Jakarta Ahmad Wahid menyebut kasus Penganiayaan Putu merupakan masalah pribadi antara pelaku dan korban, bukan karena perpeloncoan.
"(Budaya perpeloncoan) sudah tidak ada, sudah kita hilangkan. Jadi (kasus penganiayaan Putu) ini murni person to person," ungkap Wahid dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (4/5/2024).
Wahid menegaskan bahwa saat ini sudah tidak ada budaya perpeloncoan di sekolah yang ia pimpin.
"Di sini (STIP Jakarta) sebenarnya tidak ada perpeloncoan. Jadi kita sudah hapus semua perpeloncoan karena itu penyakit turun-temurun," jelasnya.
"Saya sendiri sudah setahun di sini (STIP), itu semua (budaya perpeloncoan) sudah saya hapus, enggak ada lagi," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.