Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Kompas.com - 07/05/2024, 14:40 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan sekaligus Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti tak setuju dengan pernyataan yang sempat disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Ahmad Wahid.

Sebelumnya, Wahid menyebut kasus penganiayaan yang menimpa taruna STIP bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) terjadi karena masalah pribadi dengan tersangka penganiayaan, Tegar Rafi Sanjaya (21).

"Ketika pimpinan dari STIP ini menyatakan kalau itu (kasus penganiayaan Putu) adalah masalah pribadi, itu salah besar karena di sini ada relasi kuasa antara senior terhadap junior. Itu tidak mungkin karena masalah pribadi, ditambah orangnya (yang terlibat) banyak," ungkap Retno dalam Obrolan Newsroom Kompas.com Senin (6/5/2024).

Baca juga: Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Retno menyampaikan, pernyataan Wahid soal kasus penganiayaan Putu harusnya bisa disangkal dengan sangat jelas.

Pasalnya, terdapat sejumlah hal yang membuktikan bahwa tindak kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan Tegar terhadap Putu tak berhubungan dengan masalah pribadi.

"Tidak (masalah) pribadi, kalau pribadi berarti dilakukan satu lawan satu dan ada perlawanan, tapi ini kan enggak ada perlawanan dari korban," jelas Retno.

Selain itu, adanya teman-teman korban pada saat Putu dianiaya Tegar di dalam toilet lantai 2 STIP juga jadi bukti lainnya bahwa peristiwa yang terjadi bukan karena masalah pribadi.

"Harusnya korban enggak bawa orang-orang, enggak bawa teman-temannya kalau itu masalah pribadi. Mana berani temennya juga ngebelain korban kalau lawannya adalah seorang senior, kan begitu," ujar Retno.

Lebih lanjut, Retno meyakini bahwa kasus kekerasan yang menimpa Putu terjadi karena tradisi kekerasan yang masih ada di STIP.

Baca juga: Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

"Jadi ini sesuatu yang tidak mungkin karena masalah pribadi, tetapi bahwa ini ada sistem pendisiplinan yang dilakukan dengan kekerasan," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua STIP Jakarta Ahmad Wahid menyebut kasus Penganiayaan Putu merupakan masalah pribadi antara pelaku dan korban, bukan karena perpeloncoan.

"(Budaya perpeloncoan) sudah tidak ada, sudah kita hilangkan. Jadi (kasus penganiayaan Putu) ini murni person to person," ungkap Wahid dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (4/5/2024).

Wahid menegaskan bahwa saat ini sudah tidak ada budaya perpeloncoan di sekolah yang ia pimpin.

"Di sini (STIP Jakarta) sebenarnya tidak ada perpeloncoan. Jadi kita sudah hapus semua perpeloncoan karena itu penyakit turun-temurun," jelasnya.

"Saya sendiri sudah setahun di sini (STIP), itu semua (budaya perpeloncoan) sudah saya hapus, enggak ada lagi," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Megapolitan
Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Megapolitan
Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Megapolitan
Ini Biang Kerok Eskalator 'Skybridge' Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Ini Biang Kerok Eskalator "Skybridge" Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Megapolitan
Sistem Imigrasi Sempat 'Down', Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Sistem Imigrasi Sempat "Down", Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Megapolitan
Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Megapolitan
Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi 'Ketemu' Grup Kpop Seventeen

Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi "Ketemu" Grup Kpop Seventeen

Megapolitan
Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Megapolitan
Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Megapolitan
Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Megapolitan
Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Megapolitan
Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Megapolitan
Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Megapolitan
Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com