JAKARTA, KOMPAS.com - Persimpangan antara Jalan Raya Cakung-Cilincing dan Jalan Raya Bekasi, Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, merupakan ladang uang bagi pengatur jalan liar atau "pak ogah" bernama Bambang (bukan nama sebenarnya).
Lebih dari 1.000 kendaraan, baik truk bertonase besar maupun kendaraan pribadi, melintas di daerah yang populer disebut Persimpangan Jalan Baru itu setiap harinya.
Tugas Bambang sederhana. Membantu menyeberangkan setiap kendaraan dari satu ruas jalan ke ruas jalan lainnya. Dari jasanya itulah ia menerima upah dengan nilai beragam, mulai dari Rp 500 hingga Rp 5.000 per kendaraan.
Baca juga: Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub
"Penghasilannya lumayan. Di sana kan banyak kendaraan (truk) dari arah Cilincing ke Tanjung Priok. Biasanya mereka ngasih Rp 2.000, kadang Rp 5.000," ungkap Bambang saat berbincang dengan Kompas.com di sela kegiatannya, Rabu (15/5/2024).
"Kalau mobil pribadi ada, tapi jarang. Paling ngasih Rp 500, kadang Rp 1.000, atau kadang malah enggak ngasih," lanjut dia.
Bambang tidak sendirian. Ia menyebutkan, setidaknya ada 16 orang pengatur jalan liar atau yang populer disebut "pak ogah'" di titik tersebut dan bekerja secara bergantian.
Bambang beroperasi antara satu hingga tiga jam di sore hingga malam hari.
Total, ia bisa mendapatkan Rp 200.000 dari sana. Ia menyebut jumlah pendapatan rekan seprofesinya yang beroperasi pada jam-jam sibuk dipastikan lebih besar.
Baca juga: Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen
Uang tersebut tidak dinikmati sendirian. Bambang menyetor Rp 100.000 ke oknum polisi setempat.
"Kurang enaknya kayak begitu. Di situ (persimpangan Cakung-Cilincing) nyetornya ke polisi langsung. Setor Rp 100.000 per hari," ujar Bambang.
Bukan hanya dirinya yang menyetor uang ke oknum polisi setempat, 15 rekannya juga melakukan hal yang sama setiap hari. Jadi, oknum polisi itu bisa mendapatkan uang sebesar Rp 1,6 juta per harinya.
Oknum polisi itu pula yang disebut menjamin keberadaan Bambang dan rekan-rekannya di persimpangan itu.
Ketika digali mengenai identitas oknum polisi yang dimaksud, Bambang menolak menyebutkan. Ia hanya memberikan petunjuk dengan menyebut, "Polisi di situlah".
Menurut Bambang, oknum polisi itu sering kali bersikap baik kepadanya. Apabila ia meminta tambahan waktu beroperasi karena terdesak kebutuhan anak, selalu disetujui.
"Saya minta tambahan waktu satu jam. Itu ngomong ke polisi. Nanti boleh, dikasih. Bilang saja, ‘Buat tambahan beli susu, Pak’. Tapi setornya tetap Rp 100.000, enggak tambah," ujar Bambang.