Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai: Pendapatan Segitu Saja Malah Dipotong Melulu

Kompas.com - 29/05/2024, 17:25 WIB
Ruby Rachmadina,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Gaji pegawai swasta dan pegawai negeri sipil (PNS) akan dipotong tiga persen untuk dimasukkan ke dalam Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Kebijakan tersebut mendapat kritik dari sejumlah pekerja, salah satunya Rina (28).

Pegawai asal Bogor itu merasa gaji bulanan yang ia dapatkan sudah banyak dipotong untuk membayar BPJS Kesehatan hingga iuran Jaminan Hari Tua (JHT).

“Pendapatan karyawan cuma segitu-gitunya, tapi harus diputar untuk bayar banyak potongan. Agak puyeng kalau saya, kebanyakan potongan-potongan gitu. Sudah BPJS, sekarang yang terbaru (Tapera) juga harus dipotong dari pendapatan sendiri,” ujar Rina saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (29/5/2024).

Baca juga: Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise

Rina juga meragukan pencairan dana Tapera bisa dilakukan dengan mudah tanpa persyaratan yang berbelit-belit.

“Menurut saya ngejelimet dan cukup mengada-ada. Enggak yakin juga cairnya akan segampang itu, kan tahu sendiri urus uang milik sendiri aja persyaratannya banyak banget,” sambung dia.

Hal serupa juga dikatakan Aidan (32). Ia menilai, potongan gaji untuk membayar iuran Tapera bisa memberatkan banyak pekerja.

Sebab, nominal yang dibayarkan bisa saja dianggap besar bagi sebagian besar orang.

Dengan demikian, Aidan menganggap potongan gaji sebesar tiga persen tidak bisa dipukul rata.

“Kan enggak ada yang tahu mampunya orang segimana. Ada pegawai yang merasa potongan Rp 200.000 itu besar banget, tapi ada juga yang merasa potongan Rp 100.000 berat banget, tapi sama-sama harus dipotong tiga persen,” ujar dia.

Sedangkan pegawai lainnya, Bambang Supriyadi (40), merasa program Tapera perlu dievaluasi kembali.

Baca juga: Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Beban yang harus ditanggung pegawai sudah cukup berat.

“Sebagai bagian dari masyarakat menengah ke bawah, saya meminta program Tapera dievaluasi kembali. Beban yang harus ditanggung oleh pegawai sudah cukup berat dengan adanya potongan BPJS. Jika ditambah dengan Tapera, total potongan wajib bagi pekerja bisa mencapai enam sampai tujuh persen,” ujar Bambang.

Bambang juga menyebut prioritas hidup orang berbeda, sehingga ia berharap Tapera bukan menjadi sebuah kewajiban yang harus diikuti para pekerja.

“Semoga Tapera tidak menjadi kewajiban, melainkan opsional. Sehingga masyarakat memiliki pilihan untuk berpartisipasi atau tidak,” tutur Bambang.

Untuk diketahui, Tapera adalah dana simpanan yang disetorkan secara rutin dalam jangka waktu tertentu untuk pembiayaan perumahan.

Aturan dana Tapera tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat.

Baca juga: Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Mengacu aturan tersebut, setoran dana Tapera diambil dari pemotongan gaji tiap bulan sebesar tiga persen.

Rincian dananya berasal dari pemberi kerja sebesar 0,5 persen dan pekerja sebesar 2,5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com