Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak: Puncak Gunung Es yang Belum Efektif Dicegah

Kompas.com - 31/05/2024, 07:45 WIB
Muhammad Isa Bustomi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejahatan seksual terhadap anak di Jabodetabek terus bermunculan selama beberapa waktu terakhir, dengan modus dan ancaman beragam dari setiap pelakunya.

Terbaru, pria paruh baya bernama Royan diduga mencabuli 11 anak-anak dengan modus penyewaan sepeda listrik kepada setiap korbannya.

Aksi bejat pria 55 tahun ini terjadi wilayah Kampung Situ Pete, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat.

Kejahatan seksual sebelumnya juga terjadi di Jakarta. Seorang ibu berinisial NKD (46) di Jaktim merekam aksi persetubuhan anak kandung, RH (16), dengan pacarnya.

Baca juga: Ulah Bejat Bujang Lapuk di Bogor, Cabuli 11 Anak di Bawah Umur gara-gara Hasrat Seksual Tak Tersalurkan

Masih di wilayah Jaktim, seorang ayah berinisial AL (48), tega menyetubuhi putri kandungnya sendiri, KAZ yang masih di bawah umur. Pelaku melakukan sejak tahun 2019 atau saat korban masih berusia 8 tahun.

Dari sederet kasus itu membuktikan bahwa kejahatan seksual terhadap anak pun terus berlangsung, tak berjeda.

Puncak gunung es yang belum bisa dicegah

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mengatakan, kejahatan seksual terhadap anak yang terus terulang menjadi fenomena gunung es.

Baca juga: Pelaku Pencabulan 11 Anak di Bogor Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

"Karena sering kali kasus kejahatan seksual anak di suatu daerah adalah fenomena gunung es, yang terbaca kita semua anak anak yang berani melapor saja," kata Jasra kepada Kompas.com, Kamis (30/5/2024).

Data KPAI mencatat, anak yang menjadi korban kejahatan seksual mencapai 358 kasus, berdasarkan laporan masuk periode Januari sampai Desember 2023.

Kejahatan seksual anak berada di posisi kedua aduan KPAI setelah isu keluarga dan pengasuhan alternatif yang jumlahnya mencapai sekitar 1.524 kasus.

Jasra menilai, kasus kejahatan seksual terhadap anak terjadi karena umumnya mereka belum bisa membela diri sehingga pelaku dengan mudah untuk menguasai.

Baca juga: Ibu Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar, Bukti Runtuhnya Benteng Perlindungan oleh Orangtua

"Akibat kondisi fisik, kognitif atau pemahaman dan emosi masih membutuhkan ruang belajar, bertumbuh dan berkembang dan figur yang menetap," kata Jasra.

Peristiwa pencabulan terhadap 11 anak di Bogor dianggap patut direspon dengan cepat, salah satunya layanan penanganan psikologis korban sangat menentukan masa depan.

"Orangtua dapat mengecek kepada anaknya masing-masing. Agar bila ditemukan korban, dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat," kata Jasra.

Para ahli disebut telah menyampaikan dalam Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2016 tentang penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang Undang Nomor 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengenai situasi korban kejahatan seksual anak dapat mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular.

Baca juga: Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Megapolitan
Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com