Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pengendara Gunakan Pelat Dinas Palsu, Sosiolog: Menunjukkan Adanya Arogansi dan Kecemburuan Sosial

Kompas.com - 03/06/2024, 13:49 WIB
Abdul Haris Maulana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat menyebutkan, maraknya orang-orang yang sengaja menggunakan pelat dinas palsu pada kendaraannya menunjukkan bahwa ada sikap arogansi pada diri orang tersebut.

"(Orang yang pakai pelat dinas palsu) menunjukkan adanya arogansi. Ketika dia mengklaim dan mengaku keluarga dari pejabat, anggota TNI, kepolisian, dan sebagainya, ini kan menunjukkan perilaku-pelaku arogansi untuk menakuti-nakuti, menekan, mengancam yang lain, dia merasa sok berkuasa, punya pengaruh," kata Rakhmat saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/6/2024).

Rakhmat menuturkan, orang yang bersikap arogan kemungkinan memiliki permasalahan mental atau psikologis.

Baca juga: Marak Pelat Nomor Palsu di Jakarta, Pedagang: Saya Enggak Berani kalau Tak Sesuai STNK

Karena itu, mereka akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma maupun hukum.

"Jadi, orang-orang yang melakukan tindakan arogan itu sebenarnya mereka ada masalah pada psikologisnya, dia merasa berkuasa, berpengaruh. Itu secara psikologis sebenarnya dia sedang sakit (psikologisnya) mengalami kondisi yang sakit," jelas Rakhmat.

 

"Saat seseorang mengklaim dari keluarga (pejabat) tertentu, sebenarnya terhadap psikologis, dalam relasi sosial di masyarakat itu dia sakit. Karena problem itu kemudian dia merasa ada ketakutan, ada ancaman. Akhirnya dia tuangkan dalam bentuk perilaku mengancam, kekuasaan, arogan," sambungnya.

Selain arogansi, Rakhmat tak memungkiri bahwa faktor kecemburuan sosial turut berpengaruh pada alasan seseorang nekat memasang pelat nomor dinas palsu di kendaraannya.

Menurut Rakhmat, penggunaan pelat dinas palsu terkadang menjadi upaya individu untuk menunjukkan status sosialnya yang lebih tinggi dibandingkan orang lain di jalanan, guna mendapatkan perlakuan istimewa dan kemudahan akses di jalan raya seperti para pejabat.

"Permasalahan ini juga bisa dikaitkan dengan kecemburuan sosial, bahwa mereka yang mengaku-ngaku (pejabat) itu memiliki status sosial yang lebih, kemudian merasa memiliki prestise di masyarakat. Dan ketika dia melakukan itu (mengaku pejabat), orang lain merasa direndahkan, disepelekan, ada kecemburuan sosial," jelas Rakhmat.

Lebih lanjut, Rakhmat menilai bahwa makin banyaknya oknum masyarakat sipil yang berani menggunakan pelat dinas palsu merupakan imbas dari kurangnya mekanisme kontrol dari pihak kepolisian maupun pihak berwenang lainnya.

Baca juga: Alasan Pemilik Pajero Pakai Pelat Nomor Palsu: Cita-cita Sejak Kecil

Padahal, mekanisme kontrol, kata Rakhmat, diperlukan untuk mencegah adanya masyarakat sipil menggunakan pelat dinas palsu dan mengaku-ngaku pejabat.

"Jadi menurut saya memang perlu ada kontrol yang diperkuat, perlu ada ketegasan, sanksi yang lebih ketat supaya hal-hal begini (orang menggunakan pelat dinas palsu) tidak perlu terjadi," ujar Rakhmat.

"Kita harusnya malu, di Indonesia kasus seperti ini terjadi dan berulang, mengaku dari keluarga tentara, polisi, dan pejabat. Ini kan menunjukkan perilaku masyarakat yang buruk dalam berkendaraan," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Polda Metro Jaya menetapkan enam orang sebagai tersangka kasus penggunaan pelat dinas anggota DPR palsu.

“Sudah ditetapkan sebagai tersangka,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan, Jumat (31/5/2024).

Halaman:


Terkini Lainnya

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Megapolitan
Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Megapolitan
Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com