JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah 10 tahun terakhir, Eko (32) malang melintang ke berbagai tempat untuk menggeluti pekerjaan di dunia pasar malam.
Dia bertolak dari Jawa Tengah ke Jakarta demi mengais rezeki melalui tempat hiburan sederhana ini.
Dalam periode waktu tersebut, Eko banyak merasakan manis dan pahit dunia bisnis pasar malam.
Salah satunya adalah menurunnya pengunjung dari tahun ke tahun.
Baca juga: Wahana Ramai atau Sepi, Semua Pekerja di Pasar Malam Caglak Dapat Bagian Sama
“Dari ramainya pengunjung ke sepi utamanya sih. Kalau lagi ramai, ya senang. Tapi kalau hujan, enggak ada omzet,” ungkap Eko saat ditemui di Pasar Malam Caglak, Jalan TB Simatupang, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (4/6/2024).
Pria yang akrab disapa Mas Laler ini berujar, penyebab utama turunnya pengunjung dari tahun ke tahun karena teknologi yang semakin mutakhir.
Hadirnya permainan daring membuat sejumlah anak lebih betah berselancar pada ponsel dibandingkan bersosialisasi dengan teman-teman.
“Kalau dulu, awal saya ikut tahun 2014, kalau ada pasar malam pasti ramai. Cuma, semakin ke sini kan banyak game online. Jadi, anak-anak lebih mending ke game online-nya,” lanjutnya.
Baca juga: Warga Jaktim Pilih ke Pasar Malam Bersama Kekasih, Tak Sampai Rp 100.000 Dapat Makanan dan Hiburan
Selain alasan tersebut, Eko menyampaikan bahwa pasar malam selalu kalah saing dengan pusat perbelanjaan.
Eko tidak membantah, seiring berkembangnya zaman, pasar malam mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Belum lagi persoalan dari internal pasar malam sendiri. Eko mengatakan, pasar malam tempat dia bekerja tak mempunyai atap. Ketika hujan turun, otomatis tak ada pengunjung yang mau datang.