JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang pakaian yang berjualan di Pasar Cipulir bernama Annisa (21) mengaku, omzet tokonya turun drastis sejak adanya proyek penggalian saluran air di Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan.
“Kalau ditanya dampak (galian saluran air), omzet penjualan sih yang paling terasa,” kata dia kepada wartawan saat ditemui di tokonya, Jumat (7/6/2024).
Anisa menduga, minimnya lahan parkir di sekitar area tokonya menjadi alasan utama konsumen enggan mampir ke tokonya.
Baca juga: Galian Saluran Air di Cipulir Makan Badan Jalan, Jalan Ciledug Raya Jadi Macet
“Sebelum ada galian, motor bisa parkir di depan sini, kan ada ruang kosong sedikit tuh dari jalan raya. Tapi, semenjak ada galian, sudah enggak bisa parkir lagi pelanggan kita, soalnya sudah sempit banget,” tutur dia.
Lebih lanjut, Anisa mengungkapkan, omzetnya mengalami penurunan hingga 50 persen semenjak penggalian saluran dimulai.
“Jadi penurunan omzet lebih dari 50 persen. Karena terkadang tak ada satu pun pembeli yang datang,” ungkap Anisa.
Maka dari itu, Anisa berharap, proyek galian saluran air bisa selesai sesuai waktu yang ditentukan.
Sebab, ia meyakini tak sedikit pedagang atau pembeli yang terganggu dengan aktivitas penggalian.
Baca juga: Horor di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu
“Harapannya proyek ini bisa selesai sesuai target. Sebab, banyak orang yang menggantungkan nasibnya di kawasan Pasar Cipulir,” tutup dia.
Sebagai informasi, proyek penggalian saluran air di sepanjang Jalan Ciledug Raya dikerjakan oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta.
Galian yang nantinya akan menjadi kolam retensi atau penampungan air sementara sengaja dibuat untuk mengatasi permasalahan banjir di kawasan lampu merah Seskoal.
Nantinya ada beberapa titik kolam retensi yang berada di bawah Jalan Ciledug Raya.
Ketika air sudah penuh, sistem secara otomatis akan menembakkan air ke arah kali terdekat, dalam kasus ini adalah Kali Pesanggrahan yang terletak di sebelah Pasar Cipulir.
Pengerjaan proyek direncanakan bakal berlangsung hingga 30 November 2024.
Baca juga: Berkah di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.