Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Pengangguran Menghantui Warga Rusun Marunda

Kompas.com - 17/07/2013, 14:59 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sudah hampir 7 bulan relokasi warga ke Rumah Susun Marunda berlangsung. Kepindahan mereka memunculkan masalah baru, antara lain, menjamurnya pengangguran di Rusun Marunda.

Saat ini, sebagian penghuni Rusun Marunda kehilangan pekerjaan. Di saat mereka ingin membuka usaha, ketiadaan modal menjadi masalah utamanya.

"Memang sebelumnya Jokowi sudah memfasilitasi 250 warga Rusun Marunda bekerja di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda. Namun, masa kontrak kerja mereka hanya selama 3 bulan sehingga setelah masa kontrak habis, mereka kembali menjadi pengangguran," ujar Ketua RT Cluster B Blok 8, Lukman Hakim (40), saat ditemui Kompas.com di Rusun Marunda, Rabu (17/7/2013).

KOMPAS.COM/ DIAN FATH Rumah Susun Marunda Cluster C-3 masih dalam pembangunan. Sistem sanitasi air yang belum ada sehingga warga masih belum bisa menempatinya.


Lukman kini juga menganggur. Ketika masih tinggal di Muara Baru, ia bekerja serabutan. Kini keluarganya bergantung pada istrinya yang bekerja sebagai pengajar pendidikan anak usia dini yang baru dibuka di Rusun Marunda. Dengan penghasilan istrinya sebesar Rp 100.000 per hari, Lukman beserta istri dan ketiga anaknya hidup bersama di rusun tersebut.

Siti Hayati (47), warga Rusun Marunda Blok B, juga mengalami sulitnya mempertahankan pekerjaan lamanya. Ketika masih tinggal di Muara Baru, ia bekerja sebagai guru mengaji dan berjualan soto ayam. Namun, setelah pindah ke rusun tersebut, ia tidak bisa lagi berjualan soto.

"Di sini mah sepi, kalau jualan soto ayam adanya nanti rugi, soalnya tidak ada yang beli. Paling sekarang ngajar ngaji doang," kata siti.

Hal serupa juga dialami oleh Maryati (57). Ia harus menghidupi dua cucunya dengan bekerja sebagai buruh cuci. Setelah pindah ke Rusun Marunda, ia tidak bisa lagi bekerja sebagai buruh cuci karena sepi pelanggan.

"Kalau di sini jarang ada panggilan buat nyuci, paling bisa bertahan hidup dibantu saudara aja," ujar Maryati.

Warga sangat berharap adanya bantuan modal dari Pemerintah Provinsi DKI. Warga juga meminta pemerintah membangun pasar dan tempat wisata di sekitar rusun. Dengan begitu, banyak masyarakat yang datang ke tempat tersebut dan warga Rusun Marunda dapat membuka usaha baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com