Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Akui Temui Banyak Kendala Atasi Banjir Jakarta

Kompas.com - 24/07/2013, 08:28 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui banyak menemui kendala untuk dapat mengatasi banjir.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya program antisipasi banjir, mulai dari faktor penduduk hingga pembangunan rumah susun sebagai relokasi warga bantaran.

"Selama normalisasi sungai dan waduknya tidak beres, pasti akan terus banjir," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Apabila normalisasi waduk dan sungai itu telah beres, namun intensitas air hujan tetap tinggi, menurutnya, Jakarta masih akan dikepung oleh banjir.

Masalah lainnya adalah saat Pemprov DKI akan membebaskan lahan untuk menormalisasi sungai atau waduk itu ialah warga-warga yang mendirikan rumah-rumah liar di bantaran kali.

Basuki mengelak jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo disebut menggusur rumah liar di bantaran sungai itu. Ia memperhalus kata "menggusur" dengan kata "memindahkan" warga itu ke rumah susun. Untuk membangun rumah susun, kata dia, dibutuhkan waktu minimal sembilan bulan hingga dua tahun.

"Masalahnya mereka mau pindah ke rusun, tapi yang di dekat-dekat situ saja. Makanya, untuk kasus normalisasi Ciliwung, mau enggak mau kita harus mengubah Pasar Rumput dan Pasar Minggu menjadi superblok yang nantinya ada 5.000 unit," kata Basuki.

Sementara untuk langkah antisipasi banjir di daerah rawan banjir, permasalahan utamanya ada di penduduk. Menurut Basuki, mereka tidak mau dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi.

Sebagian besar penduduk lebih menyukai tinggal di lokasi yang tanahnya lebih rendah. Mereka tidak mau direlokasi oleh Pemprov DKI karena mereka memiliki sertifikat tanah asli dan tidak mendirikan bangunan secara ilegal, seperti rumah-rumah di kawasan rendah, di Bidara Cina, Jakarta Timur.

Hingga saat ini, Pemprov DKI masih berupaya untuk menyosialisasikan konsolidasi tanah dengan membangun rumah susun atau apartemen murah bagi mereka di tanah rendah mereka. Ada warga yang menyambut baik, tetapi tak sedikit pula yang menolak tawaran tersebut. Rata-rata mereka tak ingin menetap di tempat tinggal yang tanahnya tinggi.

"Tapi, kita juga tidak bisa memaksa, kalau kita memaksa di tanah hak mereka, kita melanggar HAM namanya. Kalau kamu mendirikan bangunan di sungai, kemudian saya usir, tidak mengganggu HAM," tegasnya.

Rencananya, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2014 akan dihabiskan semuanya untuk transportasi dan upaya mengatasi banjir, seperti relokasi, pembelian alat berat, dan sebagainya.

Kendati demikian, Basuki belum memiliki bayangan rencana APBD yang akan digelontorkan untuk mengatasi dua permasalahan langganan Ibu Kota tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com