Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Satelit Sekitar Jakarta Juga Diminati

Kompas.com - 13/08/2013, 09:18 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Bukan hanya Jakarta yang diserbu para pendatang baru. Gerak urbanisasi juga semakin meningkat di kota-kota satelit sekitar Jakarta.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tangerang Selatan mencatat, pendatang pada arus balik Lebaran tahun 2011 mencapai 5.000 orang. Setahun kemudian pendatang yang masuk ke Tangerang Selatan bertambah menjadi 8.300 orang. Tahun ini diprediksi jumlah pendatang akan meningkat hingga 12.000 orang.

"Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pendatang sekitar 1 persen dari total jumlah penduduk, yakni 1,2 juta orang," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tangerang Selatan Toto Sudarto, Senin (12/8/2013).

Laju urbanisasi di Bekasi Raya juga terbukti dari adanya penambahan penduduk yang cukup tinggi. Pada 2005 tercatat ada 4,02 juta warga Bekasi Raya. Pada 2012 jumlahnya menjadi 5,13 juta jiwa.

Artinya, ada penambahan 1,1 juta jiwa dalam kurun tujuh tahun terakhir. Penambahan itu setara dengan 157.000 jiwa per tahun atau 430 jiwa per hari. Separuh dari penambahan penduduk di Bekasi Raya berasal dari kehadiran pendatang.

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi Rudi Sabarudin mengungkapkan, dalam kurun Januari-Agustus 2013 ada 2.607 pemohon KTP baru yang bisa dipastikan adalah pendatang. Sekretaris Kota Bekasi Rayendra Sudarmadji mengatakan, kerja sama dengan DKI Jakarta perlu dibangun untuk mengatasi persoalan ini.

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan, Jakarta terbuka lebar bagi pendatang baru. Namun, dia mengingatkan pendatang baru agar benar-benar memerhatikan kebutuhan hidup layak. Tanpa hal itu, hidup di Jakarta akan menjadi sangat sulit.

"Jakarta tidak mungkin tertutup, namanya juga ibu kota. Urbanisasi tidak jadi masalah sepanjang yang datang ke Jakarta berpendapatan di atas KHL (kebutuhan hidup layak) Jakarta, yaitu Rp 1,9 juta per bulan," ujar Basuki.

Pendatang baru juga jangan datang ke Jakarta dengan melanggar peraturan, seperti berjualan di jalan raya atau tinggal di permukiman kumuh.

Terkait banyaknya pembantu rumah tangga yang membawa teman atau kerabat datang ke Jakarta berdasarkan pesanan majikannya, menurut Basuki, hal itu justru tidak bermasalah karena langsung terserap sebagai tenaga kerja.

"Meski banyak yang gajinya di bawah KHL, mereka tinggal di rumah majikannya, tidak apa-apa," ujarnya. Mereka tidak harus tinggal di rumah kumuh yang tidak sehat dan rawan.

Berdasarkan survei Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, diprediksi jumlah pendatang baru yang masuk ke Jakarta mencapai 51.000 orang. Data diambil dari titik-titik masuk-keluar penumpang, seperti terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, dan gerbang tol.

"Prediksi sementara pasca-Lebaran, jumlah pendatang yang masuk Jakarta 51.000 orang. Dari jumlah itu, 15.000 orang masih ragu-ragu untuk menetap di Jakarta. Bisa saja mereka kembali ke daerah asal atau mencari kerja di daerah sekitar Jakarta," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta Purba Hutapea.

Tahun 2012, pendatang baru yang masuk ke Jakarta sebanyak 47.832 orang. Agar tidak menambah beban Ibu Kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga gencar melakukan pembinaan kependudukan. (FRO/WIN/BRO/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Frustasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Frustasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Memalak Warga dan Positif Gunakan Narkoba

Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Memalak Warga dan Positif Gunakan Narkoba

Megapolitan
Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat : Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan Bagi Kelompok Tertentu

Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat : Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan Bagi Kelompok Tertentu

Megapolitan
Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin 'Pulau Sampah' di Jakarta

Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin "Pulau Sampah" di Jakarta

Megapolitan
Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Megapolitan
Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Megapolitan
Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Megapolitan
Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu 'Nombok' Setoran

Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu "Nombok" Setoran

Megapolitan
Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, 'Bekingan' Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Megapolitan
Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com