Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Waduk Ria Rio Siapkan 'Amunisi' untuk Negosiasi Jokowi

Kompas.com - 27/08/2013, 08:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Penataan Waduk Ria Rio, Pulogadung, Jakarta Timur dipastikan terkendala. Beberapa warga yang bermukim di sisi timur waduk tengah menyiapkan bukti-bukti kepemlikan tanah demi dijadikan bahan negosiasi dengan pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ketua Forum Warga Kota Jakarta atau FAKTA, Azas Tigor Nainggolan, mengaku telah berdiskusi dengan warga di area waduk pada Senin (26/8/2013) kemarin. Mereka menganggap ada ketidakjelasan soal kondisi tanah warga yang rencananya akan dieksekusi oleh PT Pulomas, anak perusahaan PT Jakarta Propertindo, salah satu BUMD Pemprov Jakarta.

"Pembebasan lahan akan dilakukan oleh Pulomas terhadap lahan warga di RT 5 dan RT 6, RW 15. Tapi, di dalam lokasi itu ada juga lahan yang bukan lahan miliknya PT Pulomas," ujarnya pada Kompas.com pada Selasa (27/8/2013) pagi.

Tigor menagtakan, beberapa warga telah berpuluh-puluh tahun lamanya bermukim di sana. Mereka pun memiliki surat kepemilikan dan bisa menunjukkan bukti kepemilikan sejak tahun 1965 lalu. Sedangkan, warga beranggapan, PT Pulomas Jaya tentu belum berdiri di tahun-tahun tersebut.

Warga, lanjut Tigor, juga seakan mendapatkan dukungan dari Pemprov DKI Jakarta untuk tetap tinggal di sana. Maret 2013, permukiman di sana dilanda kebakaran. Gubernur DKI Joko Widodo pun meninjau lokasi kebakaran. Ia sempat mengatakan, warga boleh membangun rumah kembali.

'Amunisi' untuk negosiasi

Korporat Sekretaris PT Pulomas Jaya Nastasya Yulius memastikan, uang kerahiman bagi warga di sekitar waduk sebesar Rp 1 juta. Sebab, warga dianggap menempati lahan milik Pemprov DKI. Besaran itu ditolak warga. Mereka menolak direlokasi jika uang kerahiman hanya sejumlah Rp 1 juta.

Azas mengatakan, warga yang memiliki bukti kepemilikan berharap Pemprov DKI melakukan pendekatan tidak melulu melalui hukum formal, tapi juga pendekatan kemanusian warga di sana.

"Kalau pendekatannya hukum formal saja pasti warga dikalahkan. Kita jangan tutup mata serta mengalahkan keadilan, kemanusiaan dan sejarah keberadaan warga di lokasi tersebut," lanjutnya.

Dengan bekal bukti kepemilikan lahan tersebut, Pemprov DKI diharapkan mau bernegosiasi soal besaran uang kerahiman. Jika besaran uang itu tak berubah, warga bersikeras menempati lahan itu dan menolak untuk direlokasi ke rumah susun lain.

"Supaya tidak ada gesekan atau sengketa, maka sebaiknya, Pulomas juga harus membuka pada warga hukum kepemilikan mereka," lanjut Tigor.

Kawasan Waduk Riario akan ditata oleh empat instansi. Sisi barat, timur dan utara akan dibangun oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Sedangkan sisi selatan akan dikerjakan oleh PT Jakarta Propertindo. Adapun, normalisasi waduk akan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Semuanya menggunakan APBD.

Kondisi saat ini, Waduk Riario tampak tak tertata. Permukaannya dipenuhi tanaman eceng gondok. Sisi timur dipenuhi permukiman kumuh. Sisi lainnya dipenuhi ilalang dan pohon pisang. Total, kawasan itu seluas 25 hektar sedangkan luas waduk seluas 9 hektar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com