"Berdasarkan rapat tadi dengan Pak Gubernur, dia maunya semuanya bergaya sama, gaya kolonial," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono di Balaikota, Senin (9/9/2013).
Pristono menjelaskan, revitalisasi terminal di DKI sebenarnya telah direncanakan sejak tahun 2011. Hanya, gaya arsitekturnya tidak bernuansa kolonial, tetapi nuansa modern. Pihaknya pun menyesuaikan arsitektur dengan keinginan Jokowi.
"Cukup mudah memenuhi keinginan Gubernur. Itu hanya diganti bagian atasnya saja dari yang gaya modern menjadi gaya kolonial Belanda," ujarnya.
Satu bangunan, tiga gaya
Alhadi, konsultan arsitek dan transportasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta, juga mengakui tak sulit untuk memenuhi keinginan sang Gubernur. Pihaknya hanya melakukan modifikasi arsitektur dari yang semula telah direncanakan. Alhasil, tiga gaya arsitektur dipastikan menghiasi terminal bus DKI.
"Eksteriornya kita ikut Pak Gubernur, kolonial Belanda. Interiornya kita campur ada Betawi dan modern. Jadi, tiga gaya di satu bangunan," ujarnya.
Modifikasi tiga arsitektur tersebut, kata Alhadi, disesuaikan dengan fungsi bangunan. Jika semuanya menggunakan arsitektur kolonial, dipastikan sirkulasi udara kurang serta dipastikan membuat penumpang di terminal tak nyaman beraktivitas.
Sementara gaya Betawi dicampur modern di interior dimaksudkan untuk membuat sirkulasi udara di dalam terminal bus itu menjadi lancar. "Kan kalau Betawi banyak jendelanya, kalau gaya modern kan banyak kaca-kaca," lanjut Alhadi.
Revitalisasi 18 terminal bus DKI tersebut telah memasuki tahap awal, yaitu detail engineering design (DED). Rencananya, tahap lelang konstruksi akan dilaksanakan awal tahun 2014 mendatang dan diperkirakan akan rampung dua tahun lagi, yakni pada 2016 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.