Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: "Busway" Lancar, Semua Pasti Ingin Pindah Naik Bus

Kompas.com - 13/11/2013, 09:44 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu program dari 17 kebijakan mengatasi kemacetan Jakarta oleh Wakil Presiden Boediono, yaitu sterilisasi jalur transjakarta, mulai menuai pro dan kontra. Tak sedikit yang menganggap kemacetan Jakarta yang semakin semrawut merupakan dampak dari realisasi kebijakan tersebut.

Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, Pemprov DKI lebih memprioritaskan para pengguna bus daripada pengguna kendaraan pribadi.

"Sekarang Anda pilih saja, misalnya busway lancar apa jalan lancar? Itu supaya orang mau berpindah naik bus," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (13/11/2013).

Dalam menerapkan kebijakan tersebut, masyarakat hanya perlu beradaptasi dan membiasakan diri selama 2-3 bulan ke depan. Nantinya, Pemprov DKI akan menyediakan ratusan unit transjakarta. Dengan begitu, ia yakin masyarakat pengguna kendaraan pribadi akan iri dan beralih kepada transjakarta.

Saat ini, tak sedikit masyarakat yang melihat kalau jalur transjakarta sudah steril, dengan jumlah unit transjakarta yang sedikit dan terbatas. Menjawab pernyataan itu, menurut Basuki, transportasi massal yang sudah berusia hampir sepuluh tahun tersebut memang jumlahnya sedikit sehingga ketika ada bus yang datang, jumlah penumpang membeludak dan waktu menunggu bus menjadi sangat lama. Hal itu pula yang menyebabkan antrean panjang di hampir semua halte transjakarta.

"Nanti bus transjakarta datang 694 bus. Bayangkan, sembilan tahun, hanya ada 600 bus. Kita tidak memenuhi target beli 1.000 transjakarta saja sudah mengalahkan jumlah bus sembilan tahun," klaim pria yang akrab disapa Ahok tersebut.

Sementara untuk denda tilang yang mencapai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta untuk penerobos busway, itu sudah dapat menciptakan efek jera bagi pelanggar peraturan. Menurutnya, jika pelanggar hanya dikenakan sanksi denda sekitar Rp 50.000-Rp 100.000, warga tidak akan kapok dan akan terus mengulangi kesalahan yang sama.

Pendapatan hasil tilang tersebut akan masuk menjadi kas negara, dan sama sekali tidak masuk ke dalam pendapatan asli daerah (PAD) DKI. Kendati demikian, mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan, DKI akan tetap melakukan kebijakan yang diberikan Wapres Boediono untuk mengatasi macet secara bertahap.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, penegakan peraturan melalui sterilisasi transjakarta sebagai salah satu pembelajaran agar masyarakat mau tertib hukum. Sejak diluncurkan dan menggunakan rambu-rambu yang jelas, jalur transjakarta memang diprioritaskan untuk perlintasan transjakarta.

Ia mengharapkan, masyarakat yang terhambat dan mengeluhkan macet karena sterilisasi transjakarta mau beralih menggunakan angkutan umum. "Tujuan utama busway itu kan memang untuk melancarkan para penumpang. Tahun depan, akan didatangkan 1.000 bus transjakarta," kata Pristono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com