Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Warga Jadi Agen Perubahan di Jakarta

Kompas.com - 03/12/2013, 07:18 WIB

SENYUM semringah menghias wajah warga Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pekan ini. Senyum itu wujud rasa lega setelah sengketa panjang terkait ganti rugi lahan untuk proyek Jakarta Outer Ring Road West 2 (JORR W2) sudah dipastikan berakhir bahagia.

Sampai Senin (2/12/2013), warga pemilik 99 bidang tanah yang akan dibebaskan, dibantu Panitia Pengadaan Tanah, Badan Pertanahan Nasional, dan Kelurahan Petukangan Selatan, tengah maraton menyelesaikan pemberkasan lahan. Hingga tadi malam, hanya tersisa kurang dari 15 bidang lahan yang proses pemberkasannya belum selesai.

”Targetnya, Kamis atau Jumat pembayaran dilakukan. Pak Gubernur Joko Widodo kabarnya yang akan menyerahkannya sendiri kepada kami,” kata Tatang Sukirno, salah satu dari 99 pemilik tanah.

Kantor Lurah Petukangan Selatan menjadi saksi kebersamaan antara berbagai instansi perwakilan pemerintah dan warga.

”Saya sudah di kantor kelurahan terus setiap hari,” kata Ketua Tim Pengadaan Tanah Kementerian Pekerjaan Umum Ambardy Effendy sambil tertawa lepas.

Letih, sudah pasti. Namun, semangat baru memompa Ambardy dan petugas dari instansi lain yang bertugas membantu warga melengkapi pemberkasan syarat-syarat sah kepemilikan tanahnya. Kelengkapan pemberkasan syarat mutlak sebelum pembayaran dilakukan.

”Kami sudah nawaitu akan melanjutkan hidup dengan lembaran baru. Semoga dengan dilanjutkannya proyek jalan tol ini, Jakarta juga akan tambah baik, terutama tambah nyaman untuk warganya,” ucap Tatang, yang juga Ketua Forum Komunikasi Warga Petukangan Selatan JORR W2.

Dimanusiakan

Perlawanan warga Petukangan ini dimulai sejak November 2010. Ratusan warga memilih turun ke jalan hingga menutup Jalan Ciledug Raya yang dipimpin Ketua Paguyuban Korban Penggusuran Petukangan Selatan dan Petukangan Utara Sofwan Sudirman. Sofwan kala itu menyatakan, warga menolak keputusan pemerintah yang menetapkan ganti rugi tanah sepihak tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi warga yang bakal tergusur demi proyek JORR W2.

Warga menuntut bisa bertemu dan berdialog langsung dengan pemimpin kota DKI Jakarta saat itu, tetapi tak pernah terpenuhi. Warga merasa menjadi korban, tetapi tak mau berhenti berjuang.

Situasi berubah saat Jokowi menjadi gubernur. Jokowi menerima warga berdialog di Balaikota pada 17 Maret 2013. Dua hari kemudian, Jokowi menyambangi warga di Petukangan Selatan. Pada 24 Maret, Jokowi pun menggelar makan siang bersama. Segala unek-unek, rasa marah, sampai kekhawatiran akan kelangsungan hidup jika warga jadi digusur ditampung Jokowi. Gubernur kemudian berujar, hidup warga tak akan sia-sia, apalagi jika tanahnya kelak jadi bagian akses penting mobilitas perekonomian kota ini.

”Sejak itulah, kami melunak dan memahami posisi kami sebagai warga kota,” kata Tatang.

Seiring waktu, masih ada gesekan antara warga dan pihak-pihak di bawah Jokowi atau instansi lain. Warga menolak tawaran ganti rugi tanah senilai Rp 3,5 juta-Rp 8 juta per meter persegi karena di lokasi tersebut harga tanah memang telah membubung tinggi.

Akan tetapi, karena merasa telah dimanusiakan oleh pemimpin tertinggi Jakarta, niat dan prasangka baik sudah melandasi hati warga dan aparat, seperti halnya Ambardy.

Kedua belah pihak bersedia mengikuti upaya konsolidasi, pertemuan informal, ada bahasan-bahasan mendalam, sampai akhirnya bisa saling memahami. Akhirnya, nilai ganti rugi diterima warga tanpa perubahan. Warga hanya meminta diberi waktu lebih untuk mempersiapkan perpindahan lokasi tempat tinggal.

”Semoga pengalaman warga Petukangan menjadi contoh bagi masyarakat di mana pun berada dan para pemimpinnya. Agar berhasil, pembangunan itu butuh kerja sama yang baik antara warga dan pemimpinnya,” ujar Tatang. (NELI TRIANA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com