Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lecehkan Pelajar SD, Kakek Pedagang Mainan Dipukuli

Kompas.com - 11/02/2014, 12:33 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang pedagang mainan berinisial M (50) yang berjualan di Jalan Gang Anggrek, depan SD 02 Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur, dipukuli karena melakukan pelecehan terhadap salah satu pelajar kelas II berinisial S di sekolah tersebut.

M melakukan perbuatannya saat S sedang berada di depan jalan menuju sekolah tersebut. Menurut informasi yang diterima Kompas.com, saat itu S tengah berjalan melintasi gang yang mengarah masuk menuju sekolah. Di depan gang masuk sekolah, M berjualan mainan. M merupakan pedagang lama yang juga merupakan warga sekitar.

Pelaku melakukan perbuatan tidak pantas terhadap korban dengan meraba-raba tubuh korban, Selasa (11/2/2014) pukul 08.30 WIB.

Salah satu pedagang peralatan tulis di sana, Ridho (40), mengatakan, saat itu dirinya tengah menjajakan barang dagangannya di luar lingkungan sekolah dan melihat tiba-tiba terjadi keributan. M terlihat dipukuli beberapa kali. Setelah itu, Ridho baru mengetahui kasus perbuatan M.

"Katanya sudah sering kali iniin anak-anaklah. Orang sini juga dia," ujar Ridho.

Ridho mengatakan, S mengadu kepada orangtuanya atas apa yang dilakukan oleh M. Begitu mengetahui kejadian yang menimpa anaknya, lalu orangtua S mendatangi sekolah dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak guru sekolah.

Ia mengatakan, keluarga dari korban yang geram dengan perbuatan pelaku langsung menghajar M beberapa kali.

"Langsung dipukulin sama omnya. Ampe babak belur," ujar Ridho.

Kepala Sekolah SD 02, Ngadiem, membenarkan adanya kejadian tersebut. Anak didiknya itu diraba-raba oleh pelaku. "Anaknya dipegang-pegang, tapi enggak sampai pelecehan seksual," ujar Ngadiem.

Ia mengatakan, M merupakan pedagang tidak resmi yang berjualan di luar lingkungan sekolah. Pihaknya kemudian mempertemukan M, orangtua korban, dan ketua RT setempat. M ditanyai seputar perbuatannya.

"Dia sudah ngaku. 'Iya Bapak, Ibu, Saya salah. Saya cuma nepuk-nepuk doang'," ujar Ngadiem menirukan perkataan pelaku.

Ngadiem memperagakan pelaku yang menepuk-nepuk pipi dan bagian pinggul korban. Setelah didesak, M akhirnya mengakui perbuatannya.

"Saya bilang, 'Kalau Bapak enggak ngaku, saya laporin polisi'. Akhirnya saya bikin berita acara tanda tangan pakai materai enggak boleh jualan lagi di sekolah," ujarnya.

Pihak orangtua korban juga, kata Ngadiem, tidak memproses perbuatan pelaku di kepolisian. Setelah itu, pelaku dibiarkan pulang tanpa diproses hukum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com