Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prijanto: Sekarang Saya Berseberangan dengan Jokowi-Ahok

Kompas.com - 10/03/2014, 10:25 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto menyatakan dia sudah tidak lagi mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.

Sebelumnya, Prijanto yang memiliki hubungan tidak baik dengan gubernur saat itu, Fauzi Bowo, habis-habisan mendukung pasangan calon Jokowi-Basuki menjadi gubernur dan wakil gubernur mengalahkan Fauzi-Nachrowi Ramli dalam Pilkada 2012.

"Semuanya bisa saja terjadi dan berubah. Sekarang saya berseberangan dengan Jokowi-Ahok (Basuki)," kata Prijanto ditemui di kediamannya di Otista, Jakarta, Minggu (9/3/2014).

Menurut Prijanto, saat Pilkada DKI terdahulu, Jokowi-Basuki sering menyambangi kediamannya. Mereka sering berkonsultasi dan bercerita mengenai permasalahan ibu kota.

Prijanto mendukung Jokowi-Basuki saat itu karena ia meyakini mereka berdua mampu memberantas korupsi. Terutama korupsi di tubuh Pemprov DKI Jakarta.

Namun menurut dia, pemikirannya itu meleset. Prijanto menceritakan, dia sering melaporkan indikasi korupsi pengadaan Stadion BMW kepada Jokowi-Basuki, tetapi tidak mendapat respons dari pihak terkait.

Hal itu pula yang membuat Prijanto lebih memilih melaporkan kasus tersebut kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) daripada Jokowi-Basuki. Seharusnya Pemprov DKI dapat bertindak, terlebih Jokowi-Basuki berkeinginan membuat stadion untuk Persija Jakarta.

"Yang paling bikin saya kesal, saat saya lapor Stadion BMW ke Ahok. Dia malah bilang, 'Dulu pas Pak Prijanto menjabat sebagai wagub, ke mana saja kok diam saja soal masalah BMW?'" kata Prijanto menjelaskan.

Prijanto juga kecewa karena Basuki yang melontarkan istilah "di-Prijanto-kan". Menurut Prijanto, pernyataan Basuki "di-Prijanto-kan" berarti seorang wakil gubernur yang sudah tidak sejalan dengan gubernurnya dan tidak bekerja untuk rakyat. Siapa pun yang membaca berita tersebut, kata dia, pasti memiliki konotasi negatif.

Beberapa waktu lalu, Wagub Basuki mengaku pasrah jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju menjadi capres. Dia hanya berharap akan mendapat jodoh wakil gubernur yang cocok dengannya dan sama-sama bekerja untuk rakyat. Jika tidak, Basuki akan "mem-Prijanto-kan" wakil gubernurnya.

"Berarti dia sudah menganggap dirinya seperti Fauzi Bowo dan wakilnya dari PDI-P harus 'di-Prijanto-kan', ini kan gila," kata purnawirawan TNI-AD itu.

Prijanto berpendapat, tidak ada masalah jika Basuki berambisi menjadi gubernur. Apalagi amanat konstitusi mengatakan jika Jokowi mengundurkan diri maka ia otomatis menjadi gubernur. Namun, Prijanto mengingatkan bahwa Basuki harus paham syarat-syarat menjadi pemimpin.

Menjadi seorang gubernur harus memiliki 5K, yakni karakter, kapabilitas, kapasitas, kredibilitas, dan kepemimpinan. Lebih lanjut, jika nantinya Basuki benar-benar menjadi gubernur, jangan sampai ia mendominasi dalam memimpin sebuah ibu kota.

Ia pun menganalogikan roda pemerintahan dengan gado-gado yang terdiri dari berbagai ramuan. Menurut Prijanto, jika di dalam gado-gado ada salah satu ramuan yang mendominasi, maka cita rasa yang diciptakan tidak akan nikmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com