Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 7 Bulan Penderita Kanker Hati Itu Meninggal Dunia

Kompas.com - 06/06/2014, 05:39 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bayi 7 bulan penderita kanker hati, Pramudita Iskandar, meninggal dunia pada Kamis (5/6/2014) sekitar pukul 16.30 WIB. Setelah dirawat selama tiga pekan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, bayi ini seharusnya mendapatkan cangkok hati. Namun, biaya yang diperlukan tak terpenuhi oleh penjaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Dokter telah memvonis putra pasangan Ian Muhammad Sofian (27) dan Ayu Denta Sari (20) mengidap penyakit kanker hati dan harus segera mendapatkan cangkok hati. "Memang 3 minggu ini kondisi anak saya sudah kritis, harusnya memang cepat dicangkok, tapi karena enggak ada biaya, ya jadi seadanya aja," ujar Ayu di kamar jenazah RSCM, Kamis.

Ayu mengatakan, sudah lima hari anaknya harus dibantu pernapasan menggunakan selang oksigen yang dipasang di bawah hidung. Kalau selang dilepas, kata Ayu, Pram merasa sesak napas.

Pada Rabu (4/6/2014) malam, kata Ayu, sekitar pukul 21.00 WIB, kondisi Pram kian menurun. Bahkan, anaknya sudah memasuki masa kritis. Namun, pada Kamis siang, ada pertanda baik melihat Pram yang sadar, tetapi kemudian kondisinya kembali melemah dan kesulitan bernapas.

Dokter sampai menggunakan alat bantu untuk menaikkan denyut jantung Pram, tetapi Pram akhirnya mengembuskan napas terakhir di hadapan tim dokter, Ayu, dan seorang kerabat dekat orangtuanya yang biasa dipanggil Bunda Namora.

Bunda Namora mengucapkan terima kasih kepada banyak kalangan yang telah berupaya membantu Pram. Adapun kekecewaan dia lontarkan kepada Pemerintah Kota Bekasi yang menurut dia tak memperlihatkan sedikit pun upaya turun tangan membantu Pram.

"Kami semua mati-matian mencarikan dana untuk biaya operasi Pram. Sampai-sampai meminta bantuan ke pemerintah pusat dan Pemerintah Kota Bekasi. Tapi, tanggapan sedikit saja tak ada," kata Bunda.

Sebelumnya diberitakan, Pramudita Iskandar, yang menderita penyumbatan hati, tidak dapat melanjutkan pengobatan di RSCM karena pertanggungan BPJS-nya ditolak. Saat melahirkan Pram di bidan posyandu, Ayu mengaku sudah melihat kelainan pada Pram, yakni warna badannya yang menguning.

Ayu mengatakan, dia diminta harus menyiapkan uang sekitar Rp 2 miliar untuk biaya operasi dan perawatan apabila ingin Pramudita sembuh. Surat BPJS Kesehatan yang disodorkan Ayu ditolak rumah sakit karena nilai pertanggungannya tak mencukupi untuk biaya operasi Pram. Dalam keseharian, orangtua Pram hanya bekerja sebagai tukang cuci dan buruh serabutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com