Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Akan Memiliki Museum Maritim

Kompas.com - 26/07/2014, 00:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan seluruh proses pendirian Museum Maritim di kawasan Pantai Marina selesai 2015. Saat ini, proses pembangunannnya sudah 40 persen.

Arie Budiman, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, menyebutkan, proses dan biaya pembangunan museum sepenuhnya ditangani oleh PT Marina Batavia Sunda Kelapa. Perusahaan itu dikenal sebagai pemilik resor Batavia Marina, di Teluk Marina, Jakarta Utara.

Resor terdiri atas restoran, ballroom—yang biasa disewa untuk gedung pernikahan maupun rapat, dan dermaga. Kapal-kapal pesiar mewah biasa berlabuh di dermaga. Restoran dan ballroom memiliki sekitar empat tingkat dan di depannya terdapat menara mirip mercusuar.

”Koleksi museum berupa replika kapal-kapal yang pernah berlayar keliling dunia. Peralatan teknologi perkapalan modern juga akan menjadi salah satu daya tarik museum,” kata Arie, seusai pertemuan di Balai Kota, Rabu (24/7).

Menurut dia, keberadaan Museum Maritim tersebut bisa meningkatkan wisata lokal dan internasional untuk Jakarta Utara ataupun provinsi.

”Pemerintah berharap, museum jadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan industri kelautan di Jakarta Utara. Saat ini, kawasan telah memiliki hotel, restoran, dermaga kapal pesiar, dan pusat hiburan. Akan tetapi, aspek sarana edukasi kepada masyarakat belum ada,” ujar Arie.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyambut baik pendirian museum itu. ”Museum dapat menjadi sarana belajar bagi anak-anak hingga orang dewasa tentang sistem perkapalan tradisional sampai modern,” ujarnya.

Museum Bahari

Pemerintah provinsi DKI Jakarta sebelumnya telah memiliki Museum Bahari yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara. Museum ini diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1977.

Museum menempati gedung Kasteel Batavia yang dibangun pada abad ke-18. Saat ini, museum hanya memiliki 800 dari 1.120 koleksi yang kondisinya masih bagus. Rembesan air rob dan hujan menjadi penyebab rusaknya beberapa koleksi.

Akses masuk ke museum harus melewati sejumlah pedagang kaki lima yang berjualan di depan museum. Para pedagang bahkan ada yang mendirikan lapak di samping dua meriam dan mercusuar koleksi museum yang terletak di pelataran museum.

Salah seorang turis asal Jepang, Mak Kawase, menuturkan keheranannya terhadap jalan depan museum. ”Banyak pedagang kaki lima tidak ditata oleh pemerintah,” kata dia.

Mak juga mengeluhkan penataan koleksi dan kelengkapan koleksi. ”Pencahayaan kurang dan saya tidak bisa menangkap cerita dari sejarah bahari Indonesia,” ungkapnya.

Kawasan museum juga berada di lingkungan permukiman pemulung dan penjual perlengkapan kapal. Penduduk menempati gedung-gedung bekas bangunan Belanda yang atapnya sudah miring. ”Ini menjadi salah satu pemandangan buruk yang ditanyakan oleh turis asing,” ujar Kepala Seksi dan Edukasi Museum Bahari Irfal Guci.

Irfal mengatakan, ketidaktahuannya terhadap pendirian Museum Maritim di Teluk Marina. ”Saya setuju kalau ada penambahan museum, apalagi bertema kelautan,” katanya. (A05)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com