Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejalan Kaki Butuh Perhatian Pemprov DKI

Kompas.com - 12/08/2014, 08:12 WIB
Yohanes Debrito Neonnub

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Koalisi Pejalan Kaki (KoPK) sudah berdiri lebih dari tiga tahun. Sejak 2011, mereka terus memperjuangkan hak-hak pejalan kaki agar trotoar bisa difungsikan sebagaimana mestinya.

Aksi mereka menghalangi pengendara motor, pedagang kaki lima dan parkir liar di trotoar dilakukan semata-mata untuk menciptakan kondisi trotoar yang aman, nyaman sekaligus menciptakan kedisiplinan di dalam masyarakat. Lebih dari itu, komunitas ini juga memiliki banyak harapan untuk Pemprov (pemerintah provinsi) DKI Jakarta. Mereka ingin Pemprov DKI Jakarta ikut memperhatikan keberadaan para pejalan kaki yang terabaikan selama ini.

“Pemprov DKI seharusnya sudah mulai memperlakukan pejalan kaki dan pesepeda di kasta tertinggi transportasi. Dengan Indonesia menandatangani Environmental Sustainable Transportation, maka seharusnya kita menjunjung transportasi yang menggunakan BBM (bahan bakar minyak) seminim mungkin,” kata inisiator Koalisi Pejalan Kaki, Anthony Ladjar, kepada Kompas.com, Senin (11/8/2014).

Menurut dia, Jakarta sebagai miniatur bisa memulai dengan mengubah design trotoar menjadi ramah bagi pejalan kaki dan penyandang disabilitas, sehingga tidak hanya formalitas saja. Bila perlu, Pemprov DKI jakarta memperkerjakan beberapa penyandang disabilitas untuk menjadi konsultan bagi fasilitas pejalan kaki.

Anthony juga meminta parkir motor di depan kantor Gubernur juga dibersihkan. “Kalau enggak salah, Ahok pernah menegur Dubes Amerika Serikat tentang trotoarnya. Namun, karena protokoler, akhirnya pemerintah lebih mementingkan keamanan Kedubes AS ketimbang pejalan kaki,” sambungnya.

Lebih lanjut, kata Anthony, pejalan kaki harus lewat jalan raya, terkadang makin ke tengah karena tertutup kawat duri Kedubes Amerika Serikat. “Phobia yang seharusnya tidak terjadi,” ujarnya.

KoPK juga berharap pemerintah berhenti membanguin JPO (jembatan penyeberangan orang). “Selain mahal, JPO ternyata menyulitkan pejalan kaki. JPO aman tetapi tidak nyaman,” ujar dia.

Anthony memandang bahwa orang yang berpolusi (pejalan kaki) diberi akses yang sulit, sementara penyebar polusi dapat dengan mudah melintas tanpa penghalang. “Seharusnya pemerintah menerapkan Zebra Cross bagi pejalan kaki,” ujarnya.

Anthony juga meminta Pemprov DKI jakarta untuk menyatukan trotoar di bawah Dinas Perhubungan. “Kalau di bawah Dinas Pertamanan, seolah-olah trotoar itu sebagai hiasan dan bukan bagian dari jalan, sementara UU tentang jalan dan lalu lintas tidak berkata trotoar sebagai hiasan,” pungkasnya.

Harapan yang sama disampaikan Nurul, salah satu anggota Koalisi Pejalan Kaki. Menurut dia, hanya 20 persen trotoar di Jakarta yang layak sedangkan 80 persen belum layak. Bahkan, di beberapa jalan di Jakarta juga belum memiliki trotoar.

“Kami ingin pengendara yang melintas di trotoar untuk ditindak dengan tegas oleh petugas. Mereka yang parkir liar dan memanfaatkan area pedestrian untuk berjualan pun harus ditertibkan,” ujar Nurul.

Dia juga berharap, Pemprov DKI Jakarta bisa membuka ruang diskusi dan komunikasi dengan komunitas mereka. “Pernah Pak Pristono (mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Kami sempat ngobrol tetapi banyak yang belum direalisasikan,” sambungnya.

Untuk itu, mereka berharap Pemprov DKI Jakarta bisa bekerjasama dengan Koalisi Pejalan Kaki untuk meciptakan trotoar yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan di Ibukota Jakarta. Sebagai informasi, Koalisi Pejalan Kaki ini dibentuk sejak Agustus 2011. Tujuan komunitas ini untuk mengkampanyekan dan mewujudkan trotoar yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Agar hak-hak pejalan kaki juga ikut diperhatikan pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com