Mereka mengekspresikan kegembiraan dengan berteriak "bebas-bebas". Situasi menjadi memanas saat keluarga Arfiand akan keluar ruang sidang dan hendak diwawancarai awak media.
Pada saat yang sama ratusan siswa itu berusaha juga untuk masuk ke ruang sidang dan masih terus meneriakan yel-yel tersebut. Sontak hal itu membuat sejumlah keluarga Arfiand yang mengenakan baju hitam bertuliskan "Stop bullying" mencoba menegur mereka. [Baca: Pertimbangan Hakim Bebaskan Empat Siswa SMAN 3 Jakarta].
Aksi dorong di antara mereka tidak bisa dihindari. Bahkan, beberapa siswa SMA 3 terlibat bentrok dengan wartawan. "Mereka marah-marah kepada kami (wartawan) karena meliput. Padahal tugas wartawan kan meliput berita dan peristiwa publik seperti ini," ujar Revelino, salah satu wartawan.
Bentrokan itu menyebabkan sejumlah siswi SMA 3 tampak histeris. Bahkan beberapa siswa ikut meneteskan air mata. Lebih lanjut, kata Revelino, beruntung para awak media tidak terpancing dalam situasi itu.
"Kami tadi masih bisa menahan diri dan bersikap profesional sehingga situasi bisa kondusif," ujarnya lagi.
Situasi ini dengan cepat diatasi kepolisian dan para guru SMA 3 yang berada di lokasi. Para siswa kemudian diminta untuk segera meninggalkan pengadilan. Tidak ada adu jotos ataupun korban dalam insiden ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.