Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Belanda Depok", Berawal dari Olok-olok di Kereta

Kompas.com - 06/09/2014, 07:00 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — "Belanda Depok", begitulah kebanyakan orang menyebut orang asli Depok. Siapakah orang asli Depok?

Yano Jonathans, anggota Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), menuturkan bahwa orang asli Depok adalah orang-orang yang pertama mendiami Depok. Pada awalnya, mereka adalah budak-budak Cornelis Chastelein, tuan tanah yang memiliki Depok.

Sebanyak 150 budak tersebut terbagi dalam 12 marga, yaitu Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Josep, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense, dan Zadokh. Mereka terdiri dari berbagai etnis, antara lain Minahasa, Timor, India Benggala, dan Bali.

Ketika tutup usia pada 28 Juni 1714, Chastelein meninggalkan wasiat yang isinya menyatakan ia memerdekakan semua budaknya dan seluruh tanah Depok menjadi milik budaknya.

Karena bertahun-tahun hidup dalam lingkungan kultur Belanda, para mantan budak Chastelein menganut gaya hidup Belanda. Mereka pun fasih berbahasa Belanda. Inilah awal mula julukan "Belanda Depok" muncul.

Yano menceritakan, pada 1876, ketika kereta Bogor-Jakarta pertama kali beroperasi, anak-anak muda Depok yang bersekolah di Jakarta menggunakan kereta sebagai transportasi mereka. Pada saat itu, sekolah menengah di Depok belum ada sehingga anak Depok harus melanjutkan studi di Jakarta.

Dalam kereta, para anak muda Depok tersebut bercakap-cakap dengan sesama anak Depok lainnya dalam bahasa Belanda. Hal ini diketahui oleh teman-teman sekolah mereka yang berasal dari Bojong Gede dan Bogor yang notabene tak bisa berbahasa Belanda.

"Teman-temannya yang dari Bojong Gede, Bogor, dengar mereka ngomong pakai bahasa Belanda, lalu muncullah candaan itu, 'Belanda Depok', bapaknya tukang cempedak," kata Yano saat berbincang dengan Kompas.com pekan ini.

Candaan itu, lanjut Yano, dilontarkan setiap hari. Penumpang kereta yang tidak hanya terdiri dari pelajar, tetapi pedagang, pegawai, dan sebagainya pun lama-lama terbiasa dengan sebutan tersebut.

"Hari demi hari, bulan demi bulan, melekat juga istilah 'Belanda Depok' itu. Mereka gunakanlah itu untuk menyebut orang Depok akhirnya," kata Yano yang merupakan generasi keenam dari marga Jonathans.

Saat ini, kata Yano, istilah "Belanda Depok" sudah mengalami pergeseran fungsi. Istilah "Belanda Depok" tidak lagi menjadi bahan candaan di kalangan masyarakat terhadap orang Depok, tetapi hanya sebatas pengisi obrolan mengenai Depok.

"Sudah tidak banyak disebut lagi, paling hanya untuk pengisi obrolan, seperti teman saya yang baru dipindahtugaskan ke Depok. Seorang temannya bilang, widih jadi 'Belanda Depok' nih sekarang," ujar Yano.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com