"Sebenarnya antara Ahok dan PDI-P secara historis punya hubungan baik. Apalagi ketika di era reformasi, dia banyak bantu PDI-P. Cuma tiba-tiba entah kenapa, eh muncul di PIB, tiba-tiba jadi anggota DPR dari Golkar, tiba-tibanya lagi di Gerindra," kata Jhonny di Gedung DPRD DKI, Rabu (10/9/2014).
Jhonny mengakui, terkadang Ahok memang sering bertindak kurang arif dalam bersikap. Menurut dia, hal itu yang kemungkinan menjadi penyebab retaknya hubungan Ahok dan Gerindra. Namun, Jhonny tak bisa menyalahkan hal tersebut karena itu merupakan watak asli dari Ahok sendiri. Jhonny yakin, sikap Ahok secara perlahan akan dapat berubah seiring periode jabatan yang ia jalani.
"Mungkin di tahun ketiga Ahok akan semakin arif, semakin baik, tidak lagi menanggapi sesuatu secara bombastis. Kalau ada persoalan tidak perlu ke media, selesaikan saja di dalam, dan tak harus disikapi dengan pernyataan keras. Namanya pemimpin kan dilihat masyarakat. Lebih baik action saja. Tidak usah bilang pecat, tapi pecat saja betul-betul," ujar ketua sementara DPRD DKI itu.
Rencana Ahok mundur dari Gerindra muncul setelah ia menyatakan tak setuju kepala daerah kembali dipilih DPRD DKI Jakarta, seperti yang tertuang dalam Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada). Sebab, kata dia, pemilihan kepala daerah melalui DPRD mencoreng reformasi dan demokrasi yang tertanam di Indonesia.
Untuk informasi, Gerindra beserta sejumlah partai politik lainnya yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih merupakan pihak yang saat ini menyetujui pelaksanaan Pilkada dikembalikan ke DPRD. Revisi RUU Pilkada rencanannya akan disahkan pada 25 September mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.