Akibatnya, terkadang masih ada saja penumpang yang salah saat melakukan tapping. Menurut pengalaman sejumlah penumpang KRL, salah tapping biasanya terjadi di pintu masuk. Saat posisi tergesa-gesa, seringkali untuk mengejar kereta, biasanya penumpang lupa kalau masuk stasiun harus tapping dengan menggunakan tangan kiri.
"Iya, gue pernah ngalamin yang kayak gitu. Pas tapping masuk, eh penghalang besinya enggak kebuka. Yang kebuka malah yang gate di sebelahnya. Terus petugasnya ngingetin kalau masuk harus pakai tangan kiri," kata Erna (28), salah seorang penumpang KRL.
Hal yang sama juga sempat dialami Budi (32). Ia bahkan mengaku sempat beberapa kali mengalami salah tapping saat di pintu masuk. Budi menilai, sebenarnya tak ada yang salah dengan tapping menggunakan tangan kiri. Namun, dia menganggap hal itu tak sesuai dengan kebiasaan banyak orang yang memang lebih banyak mengaktifkan tangan kanan ketimbang tangan kiri.
"Harusnya sih ngikutin kebiasaan orang banyak. Orang yang pengguna tangan kanan kan lebih banyak ketimbang orang kidal (pengguna tangan kiri)," ujar dia.
Sependapat dengan Budi, penumpang KRL lainnya, Yoga (36), juga menilai seharusnya tapping pada KRL diseragamkan dengan menggunakan tangan kanan, baik saat akan masuk maupun keluar. Terlebih lagi, lanjut dia, layanan transportasi publik yang juga telah menggunakan tiket elektronik, yakni transjakarta, tapping masuknya menggunakan tangan kanan.
"Kan ribet ya, sebelumnya di halte transjakarta udah kebiasaan pakai tangan kanan. Eh, pas di stasiun harus ganti pakai tangan kiri," keluhnya.
Mengapa berbeda?
Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa menjelaskan bahwa penyebab cara tapping yang berbeda saat akan masuk atau keluar stasiun disebabkan setiap satu unit gate elektronik diatur agar multi-fungsi, yakni dapat digunakan sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar.
"Pintunya diset agar bisa In dan Out sekaligus. Jadi kalau pun kita atur tapping masuknya tangan kanan, ya nanti keluarnya yang harus tangan kiri," ujar Eva, Sabtu (20/9/2014).
Menurut Eva, penyeragaman cara tapping bisa saja dilakukan, yakni dengan cara memisahkan gate khusus untuk masuk, dan gate khusus untuk keluar.
"Gate in dan gate out-nya harus beda perangkat," ujar Eva.
Perilaku masyarakat
Sementara itu, Direktur Institute Transportation for Development Policy (ITDP) Indonesia, Yoga Adiwinarto menilai bahwa saat ini pelayanan KRL memang kurang mengakomodir aspek perilaku masyarakat. Akibatnya, pergerakan orang di stasiun saat akan masuk maupun keluar menjadi terhambat.
"Kalau ada ratusan orang yang bergerak bersamaan, dan mereka masih disibukkan dengan persolalan 'tangan kanan atau tangan kiri', itu yang sebenarnya memperlambat pergerakan orang," kata Yoga.
Yoga lalu membandingkannya dengan layanan kereta perkotaan yang ada di Jepang. Di negara matahari terbit itu, kata dia, sistem tiket elektroniknya sangat mengakomodir aspek perilaku masyarakat.
"Di sana, teknologi e-ticketingnya benar-benar dipikirkan bagaimana membuat orang bisa cepat, dan enggak perlu lagi mikirin 'tangan kanan atau kiri'. Jadi kalau kanan ya kanan terus, kiri ya kiri terus," ungkap Yoga.
Oleh karena itu, Yoga menilai sudah seharusnya PT KCJ menyeragamkan cara tapping. Karena ia menilai hal itu merupakan salah satu cara untuk menciptakan kenyamanan untuk para penumpang.
"Jangan sampai teknologi memaksa behaviour masyarakat untuk menyesuaikan. Karena teknologi kan diciptakan untuk membantu masyatakat. Jadi seharusnya teknologi yang menyesuaikan behaviour masyarakat," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.