Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahanan Air Jakarta Sangat Rapuh

Kompas.com - 09/10/2014, 14:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com —  Jakarta menghadapi masalah serius dalam hal ketahanan air. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Rabu (8/10/2014), mengatakan, ketahanan air Jakarta hanya 2,2 persen. Jumlah itu sangat kecil jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 68 persen.

Basuki mengibaratkan, Jakarta dikepung dan ditutup sumber airnya selama sepekan saja, kota ini sudah menuju kematian. Tanpa penegakan hukum terhadap pelanggaran aturan penggunaan air bersih, selamanya Jakarta dihantui masalah ketahanan air.

Hal ini, menurut Basuki, sangat mengherankan karena Jakarta dilintasi 13 sungai besar. Waduk dan situ juga banyak terdapat di Jakarta, tetapi tidak bisa meningkatkan ketahanan air.

”Jakarta bisa mendapat tambahan air baku dari Jatiluhur 20 persen. Namun, kebocoran air karena penggunaan ilegal dan pencurian sampai 40 persen. Semua kembali ke penegakan hukumnya,” ujar Basuki.

Dia menduga ada permainan dalam pengelolaan air bersih sehingga masih banyak warga yang belum bisa menikmati air bersih. Selain itu, penggunaan air bawah tanah juga masif sehingga mempercepat penurunan muka tanah di sebagian wilayah Jakarta.

Stop gunakan air tanah

Basuki memerintahkan operator penyedia air bersih di Jakarta menekan tingkat kehilangan air dan mempercepat pemasangan sambungan pipa. Mulai tahun depan, di seluruh wilayah Jakarta Utara tak diperbolehkan menggunakan air bawah tanah. Aturan ini secara bertahap akan diberlakukan di wilayah lain di Jakarta.

Direktur Utama PAM Jaya Sri Widayanto Kaderi mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan ketahanan air dengan menambah instalasi pengolahan air.

”Kami akan membangun instalasi mobil (bergerak). Kami masih kesulitan membangun instalasi di Waduk Pluit. Sementara instalasi di Sunter justru kami tutup karena tidak ada air baku,” ujarnya.

Data Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menyebutkan hanya 3 persen pasokan kebutuhan dari sungai di Ibu Kota. Sementara ini 97 persen kebutuhan air baku lokal dipenuhi pasokan dari Waduk Ir Juanda di Jatiluhur (Purwakarta), Sungai Cisadane, dan pembelian dari Tangerang.

BPLHD mencatat kebutuhan air bersih 2015 sebanyak 14.770 liter per detik. Adapun prediksi pasokan air sampai tahun depan hanya 10.099 liter per detik. Artinya, masih ada kekurangan 4.671 liter per detik.

Karena minim pasokan air bersih, penggunaan air bawah tanah tak dapat dihindari. Operator air bersih, PT Aetra Air Jakarta, mencatat penggunaan air bawah tanah pada kurun waktu 2013- 2014 sebesar 170.000 meter kubik per tahun.

Eksploitasi air bawah tanah itu di antaranya 200.000 dari sektor komersial, 55 titik eksploitasi dari sektor industri, dan 44 instansi pemerintah. Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta Mohamad Selim menyayangkan hal itu.

Selim berharap masyarakat luas menyadari ketahanan air Jakarta dalam kondisi kritis. Dia mendorong agar pengguna air bawah tanah beralih menggunakan air bersih di jaringan perpipaan.

Agar penggunaan air bawah tanah semakin kecil, pemerintah harus menegakkan Peraturan Gubernur Nomor 86 Tahun 2012 tentang Nilai Perolehan Air Tanah sebagai Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah.

Berkali-kali pemerintah diingatkan agar segera menambah air baku. Sebab, eksploitasi air bawah tanah berangkat dari krisis air baku dari jaringan pipa. Ahli hidrologi Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan, penambahan air baku mutlak dilakukan sebelum persoalan semakin serius.

Salah satu skenario penambahan air baku yang sering disampaikan Firdaus adalah memanfaatkan Teluk Jakarta sebagai tempat menyimpan cadangan air bersih. (FRO/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Ditutup Pengelola Mal, Jalan Tembus Menuju Pasar Jambu Dua Dibuka Pemkot Bogor

Sempat Ditutup Pengelola Mal, Jalan Tembus Menuju Pasar Jambu Dua Dibuka Pemkot Bogor

Megapolitan
Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang 'Nanggung'

Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang "Nanggung"

Megapolitan
Dianggap Mengganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Dianggap Mengganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Megapolitan
Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Penyelenggara 'Study Tour' di Depok Diimbau Ajukan Permohonan 'Ramp Check' Kendaraan ke Dishub

Penyelenggara "Study Tour" di Depok Diimbau Ajukan Permohonan "Ramp Check" Kendaraan ke Dishub

Megapolitan
KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

Megapolitan
KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Megapolitan
948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan 'Gimana' kalau Dilarang?

Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan "Gimana" kalau Dilarang?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com