Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Pedagang "Vintage" Pasca-Kebakaran Pasar Senen

Kompas.com - 02/11/2014, 16:22 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - "Jaket murah mulai lima ribu, kaos cewek sepuluh ribu aja. Ayo dipilih-dipilih...". Suara ini dapat didengar jelas di sepanjang Jalan Raya Pasar Senen, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Minggu (2/11/2014).

Pekikan suara itu datang dari para pedagang vintage atau pedagang barang bekas, yang berjejer dan menduduki sepanjang trotoar jalan. Pedagang vintage yang menjual celana, baju, jeket, sepatu, sampai tas, tetap eksis pasca-kebakaran. Mereka kini pindah di pinggiran jalan setelah kebakaran melanda pada April 2014 lalu.

Panas terik, debu jalan, dan lapak-lapak sempit menjadi keseharian yang kini dilalui para pedagang setelah kebakaran. Tenda-tenda dari terpal sederhana, dibangun para pedagang.

Selain digantung atau diletakkan di atas meja, dagangan juga ada yang dijajakan di jalan hanya beralas terpal. Para pembeli, berjubel penuh sesak di jalur-jalur sempit di antara barang dagangan. Suasana tempat berdagang yang berubah, turut merubah nasib pedagang.

"Dulu di dalam sama sekarang di luar jelas perbedaan pendapat kita jauh. Sekarang pembeli lebih sedikit," kata Ahmad (18), pedagang tas, kepada Kompas.com, di pinggir Jalan Raya Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu siang.

Ahmad mengatakan, ketika berjualan di dalam pasar Blok III yang terbakar, dirinya meraup omset hingga Rp 1,5 juta atau Rp 2 juta di akhir pekan. Namun, sejak terpaksa berjualan di luar, omset penjualan tasnya menurun hingga Rp 500.000 saja perhari.

"Paling gede di sini Rp 1 juta kalau ramai. Itu juga kadang-kadang," ujarnya.

Para pedagang ini juga mesti kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. Maklum, mereka adalah pedagang kecil atau PKL yang dulunya tidak punya toko di dalam blok pasar yang terbakar.

"Ruginya kita kucing-kucingan sama Satpol PP. Di sini kan enggak boleh jualan. Bebasnya cuma hari Sabtu sama Minggu doang," ujar Ahmad.

Kalau akhir pekan, lanjutnya, pedagang diperbolehkan jualan mulai pukul 09.00 sampai pukul 18.00. Sementara hari biasa, mereka nekat-nekatan berjualan meski tidak diperbolehkan. "Kalau hari biasa jam dua sampai magrib," ujar pedagang yang telah berjualan selama tiga tahun itu.

Untung rugi berjualan di pinggiran jalan juga dialami Asmat (35), pedagang kaca mata yang dulu menempati blok III Pasar Senen. Omsetnya menurun sejak pindah ke pinggiran jalan. "Sekarang kita cuma ngarepin pembeli yang lewat di jalan aja kayak gini," ujar Asmat.

Asmat mengaku omsetnya menurun dari Rp 500.000 sampai Rp 700.000, kini hanya Rp 100.000 per hari. "Itu juga belum sama setoran sewa lapak di jalan sini Rp 20.000 sama yang punya lahan. Ya mau gimana lagi namanya darurat," ujar Asmat.

Ia mengatakan, sebagai PKL yang dulu tak memiliki toko di dalam, dirinya tak dapat tempat relokasi. Mereka yang memiliki toko saja yang menurutnya dapat tempat pengganti. Namun, ia mengatakan bersabar karena pembangunan gedung baru sedang dikerjakan.

"Setelah ini selesai bangun enggak boleh lagi. Ini istilahnya kan darurat. Karena ini kan trotoar. Infoya awal Januari sudah pindah ke dalam bangunan baru," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

Megapolitan
Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi 'Online' dan Bayar Utang

Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi "Online" dan Bayar Utang

Megapolitan
Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Megapolitan
Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Megapolitan
Taman Jati Pinggir Petamburan Jadi Tempat Rongsokan hingga Kandang Ayam

Taman Jati Pinggir Petamburan Jadi Tempat Rongsokan hingga Kandang Ayam

Megapolitan
Pengelola Rusun Muara Baru Beri Kelonggaran Bagi Warga yang Tak Mampu Lunasi Tunggakan Biaya Sewa

Pengelola Rusun Muara Baru Beri Kelonggaran Bagi Warga yang Tak Mampu Lunasi Tunggakan Biaya Sewa

Megapolitan
Pemprov DKI Mulai Data 121 Lahan Warga untuk Dibangun Jalan Sejajar Rel Pasar Minggu

Pemprov DKI Mulai Data 121 Lahan Warga untuk Dibangun Jalan Sejajar Rel Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Tangkap Pengedar Narkoba yang Pakai Modus Bungkus Permen di Depok

Polisi Tangkap Pengedar Narkoba yang Pakai Modus Bungkus Permen di Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com