Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepasang Buaya "Monster Sangatta" Sambangi Jakarta

Kompas.com - 05/11/2014, 09:00 WIB
Tri Wahono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Cerita keganasan buaya di Kalimantan telah menjadi bagian dari catatan sejarah kehidupan masyarakat yang bergantung pada keberadaan sungai-sungai besar di sana.

Salah satu peristiwa yang mencengangkan terjadi sekitar 19 tahun yang lalu. Buaya-buaya menyerang dan memangsa manusia di Sangatta, Kalimantan Timur. Dua orang menjadi korban. Masyarakat pun beramai-ramai memburu, kemudian menangkap dua di antaranya.

Setelah ditangkap, dan potongan tubuh manusia dikeluarkan dari dalam perutnya, dua buaya muara yang masing-masing sepanjang 5-6 meter itu diawetkan. Kedua buaya awetan itu kemudian disimpan menjadi koleksi Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong, Kalimantan Timur.

Dalam rangka pameran Sei Makaham di Bentara Budaya Jakarta, 7-16 November 2014, awetan buaya "Monster Sangatta" itu dibawa ke Jakarta. Usaha ini dilakukan atas kerja sama BBJ dengan Yayasan Total Indonesia dan para pemangku kepentingan di Kalimantan Timur.

"Akan ada seminar tentang buaya ini dan budaya," ujar Hariadi Saptono, Direktur BBJ di Jakarta, Selasa (4/11/2014).

Buaya-buaya itu harus dikemas dengan baik dan diangkut hati-hati dengan kapal laut, termasuk melalui beberapa hari proses clearing di pelabuhan.

"Butuh waktu lebih dari seminggu untuk membawanya ke Jakarta," kata Eddy Mulyadi, Ketua Yayasan Total Indonesia, di Jakarta, Selasa (4/11/2014). 

Sepasang buaya jantan dan betina saat ini ditempatkan di ruangan pamer dengan latar belakang foto sungai dan hutan.

Buaya jantan berukuran lebih besar dan berwarna kehitaman, sedangkan yang betina sedikit lebih kecil dengan warna tubuh lebih cerah. Sisa-sisa keganasan buaya-buaya tersebut bisa dibayangkan saat berhadapan dengan posisi mulut menganga yang memperlihatkan gigi-gigi yang tajam.

Kehadiran dua "Monster Sangatta" ini mungkin mengingatkan kita agar waspada dengan bahaya di sekitar tempat hidup kita. Namun, yang lebih penting adalah bahwa buaya-buaya tersebut menjadi bagian dari kehidupan manusia yang butuh keseimbangan alam.

Pameran dan seminar Sei Mahakam menghadirkan tiga aspek budaya yang membentuk masyarakat plural di Kalimantan Timur, yakni budaya keraton, air/sungai, dan pedalaman.

Pengunjung diajak mengenal Kalimantan Timur secara menyeluruh lewat pameran kerajinan Dayak, pentas seni, makanan tradisional, seri seminar, serta berinteraksi langsung dengan keluarga Kerajaan Kutai Kartanegara yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia.

Kompas.com/Tri Wahono Awetan du buaya yang ditangkap karena memakan manusia di Kalimantan Timur pada tahun 1996 dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta, 7-16 November 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com