Pasar yang dulunya berpenampilan kumuh, becek dan hanya berlantai satu itu berubah menjadi pasar tradisional yang bersih, tak kalah dari pasar modern. Pasar tersebut sudah dilengkapi dengan hydrant dan tabung gas pemadam kebakaran. Terlihat speaker pengumuman di setiap area pasar.
Saluran air di pinggir-pinggir los pun bersih. Kesan becek yang dulu identik dengan pasar ini tak berbekas.
Para pedagang cukup senang dengan metamorfosa Pasar Manggis. Salah satunya ialah Lukman Hakim (57), pedagang nasi di pasar tersebut. "Untuk penampilan fisik kita pastinya seneng, sekarang kelihatan lebih rapi bersih. Ya, namanya juga pasar baru," ucap Lukman kepada Kompas.com.
Ia juga merasa aman melihat pasar dilengkapi alat pemadam kebakaran. "Jika suatu saat ada kebakaran, kalo ada hydrant dapat diantisipasi," ujarnya.
Senada dengan Lukman, Dewi Yul (65), juga mengaku senang. Pedagang sembako yang sudah berjualan sejak 2002 itu berharap kondisi pasar yang nyaman bisa lebih banyak menarik pembeli.
"Senang ya pastinya bisa nempatin di pasar yang lebih layak. Ya, mudah-mudahan aja nantinya pelanggan bisa lebih banyak lagi," ungkap Dewi.
Seiring dengan perbaikan penampilan pasar, pedagang lainnya, Komalasari, juga menyambut model iuran yang diberlakukan, yakni sistem bayar di bank. Dulu, kata dia, iuran dibayar harian sehingga masih ada pedagang yang menolak membayar.
"Kalo dulu kan iurannya per hari, jadi suka enggak adil. Banyak pedagang yang enggak bayar iuran. Kalo sekarang lewat bank dibayar per bulan, jadi udah pasti semua pedangan wajib bayar iuran," tuturnya.
Pedagang pemilik los membayar iuran Rp 170.000 per bulan dan kios Rp 275.000. Jika pedagang tidak membayar iuran lebih dari tiga bulan, maka kios atau losnya akan dijual kepada pihak lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.