Seperti diungkapkan Hutasuhut (47) sopir metromini 610 jurusan Blok M-Pondok Labu. Hutasuhut mengaku, dia tak mau 'berjudi' dengan mencari penumpang di tepi jalan.
Jika masuk terminal, maka para sopir akan menunggu lebih lama sampai keadaan di dalam bus cukup penuh dengan penumpang.
"Kita mau narik dari sini harus ada penumpang dulu di dalam. Solar naik begini mana berani kita jalan kosong," kata Hutasuhut kepada Kompas.com, di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (19/11/2014).
Hutasuhut mengatakan karena waktu menunggu penumpang lebih lama, jumlah perjalanannya pun berkurang. Biasanya ia bisa pulang pergi Blok M-Pondok Labu sebanyak 8 kali sehari.
"Sekarang kalau ngetem, paling lima kali sehari," ujar Hutasuhut.
Dia menambahkan, kenaikan harga BBM berdampak pada beban operasional mereka. Sehari, pendapatan menarik Metro Mini berkisar Rp 800.000.
Jumlah itu termasuk setoran yang harus dibayar Rp 350.000, mengisi solar Rp 300.000. "Sisanya baru buat kita bagi dua sama kerneknya," ujar Hutasuhut.
Yanto (38), sopir Metro Mini 610 lainnya berharap agar pemerintah segera menerapkan penyesuaian tarif. "Tekor-lah sopir kan belum ada penyesuaian. Enggak ada untungnya buat sopir," ujar Yanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.