Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada Harapan di Pasar Blok G Tanah Abang

Kompas.com - 25/11/2014, 15:58 WIB
Desy Selviany

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kios-kios berdebu yang tertutup dengan rolling door menghiasi lantai 3 Pasar Blok G Tanah Abang. Tulisan "disegel" menjadi pemandangan di rolling door kios-kios di blok tersebut. Tak ada pembeli di lantai itu.

Syafrial, salah seorang pedagang yang menjual kerudung di lantai 3 Blok G Tanah Abang, mengaku, terakhir kali ia mendapatkan pembeli ketika Ramadhan menjelang Lebaran. Itu pun hanya dua pembeli yang membeli barang dagangannya. Setelah itu, belum ada satu pun pembeli, bahkan pengunjung yang sekadar melihat barang dagangannya.

"Terakhir yang beli cuma dua orang. Setelah itu, enggak ada lagi yang beli sampai sekarang. Jangankan ada yang beli, yang lewat aja gak ada, nengok sepi gini, turun lagi orang takut," ceritanya kepada Kompas.com, Selasa (25/11/2014).

Syafrial merupakan salah seorang dari sepuluhan pedagang yang masih bertahan. Dia tidak punya pilihan. Dengan usia yang tidak muda lagi, dia enggan kembali turun ke jalan menjadi pedagang kaki lima (PKL). Oleh karena itu, dia tidak meninggalkan kiosnya karena khawatir disegel.

"Gimana lagi, sayang juga kalo ditinggal. Kita dapetnya kan susah, kalo balik lagi jadi (pedagang) kaki lima juga kita enggak kuat. Sudah tua gini masa masih harus kejar-kejaran," katanya.

Sementara itu, pedagang lain yang masih bertahan di lantai 3 Blok G Tanah Abang, Bekti Rumansyah, mengaku kesal dengan kondisi sepinya Blok G Tanah Abang.

"Saya cuma bingung, mana janji pemerintahan Jokowi dulu ketika kita pedagang kaki lima di relokasi ke sini. Katanya mau memberi suntikan modal ke pedagang, mau bangun jembatan yang terhubung ke Stasiun (Tanah Abang). Tetapi, sampai sekarang belum ada satu pun yang terealisasi," kata pria yang juga menjadi sekretaris dan pendiri dari Forum Pedagang Kecil Blok G (FPKBG).

Bekti juga menuturkan, dia lebih baik memberi uang Rp 100.000 kepada preman ketika ia berjualan kaki lima. Akan tetapi, penghasilan per hari bisa mencapai Rp 5 juta dibandingkan gratis seperti sekarang, tetapi tidak ada pembeli setiap harinya.

Alasan Bekti bertahan berjualan di lantai 3 Blok G karena ia sayang dengan kios yang sudah ia dapatkan dengan susah payah. Selain itu, menurut dia, masih ada harapan untuk Blok G Tanah Abang bisa berjaya, seperti blok-blok lainnya di Tanah Abang.

"Kalo menurut saya, dibilang strategis, Blok G itu sudah paling strategis, apalagi jika dilihat posisi yang paling depan dan dekat dengan stasiun. Akan tetapi, jika pihak pemerintah dan pengelola benar-benar serius menggarap Blok G lebih maju, misalkan dengan pembangunan infrastruktur, pastinya enggak akan kalah Blok G ini dengan blok lainnya," ujarnya.

Namen Suhadi, Manajer UPB Tanah Abang Blok G, juga prihatin dengan sepinya Blok G Tanah Abang. "Saya sendiri prihatin dengan sepinya Blok G Tanah Abang. Jadi, tidak heran jika pedagang kaki lima yang dulu direlokasi ke sini pindah lagi dan menjadi pedagang kaki lima kembali," ungkapnya.

Menurut dia, sepinya Blok G Tanah Abang ialah karena sarana dan prasarana yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu ketika para PKL dipindahkan. "Sekarang begini, masalah memindahkan PKL jangan disamakan dengan memindahkan pemukim liar ke rusunawa. Kalo permukiman mereka dipindah ke rusun, ya mau tidak mau mereka bertahan. Tapi, kalo PKL, karena mereka mengais rezeki, mau tidak mau ketika tidak dapat penghasilan seperti yang dulu, mereka kembali lagi ke tempat semula," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Megapolitan
Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Megapolitan
Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Megapolitan
Ini Biang Kerok Eskalator 'Skybridge' Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Ini Biang Kerok Eskalator "Skybridge" Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Megapolitan
Sistem Imigrasi Sempat 'Down', Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Sistem Imigrasi Sempat "Down", Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Megapolitan
Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Megapolitan
Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi 'Ketemu' Grup Kpop Seventeen

Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi "Ketemu" Grup Kpop Seventeen

Megapolitan
Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Megapolitan
Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Megapolitan
Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Megapolitan
Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Megapolitan
Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Megapolitan
Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Megapolitan
Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com