Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Cari Akal Robohkan Tiang Monorel

Kompas.com - 15/01/2015, 20:49 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mencari cara untuk dapat merobohkan sebanyak 90 tiang pancang monorel yang berdiri di sepanjang Jalan Asia Afrika-Jalan HR. Rasuna Said.

Meski demikian, lanjut dia, soal tiang pancang murni permasalahan antara dua perusahaan yang pernah bekerjasama membangun monorel, beberapa tahun silam, PT Adhi Karya dan PT Jakarta Monorail (JM).

"Tiang itu enggak jelas bagaimana nasibnya, DKI juga enggak bisa ambil. Nantilah dipikirin, cari akal lagi buat tiangnya dibongkar, misalnya menyalahi peruntukan atau enggak ada IMB (izin mendirikan bangunan)," kata Basuki, di Balai Kota, Kamis (15/1/2015). 

Sebelumnya, bahkan Basuki berencana untuk menjadikan tiang pancang mangkrak sebagai monumen kebodohan Pemprov DKI maupun monumen terjadinya penipuan di Jakarta. 

Tiang-tiang pancang monorel itu mulai dibangun di era Gubernur DKI Sutiyoso pada tahun 2004 lalu. Sekadar informasi pemegang saham mayoritas PT JM Ortus Holding masih terlibat sengketa harga ganti rugi tiang pancang bersama PT Adhi Karya.

Kemudian PT Adhi Karya meminta Ortus melunasi pembayaran tiang seharga Rp 193 miliar. Sedangkan Ortus meminta biaya ganti rugi tiang sebesar Rp 130 miliar. Sesuai keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2012, status kepemilikan tiang-tiang monorel masih menjadi hak PT Adhi Karya.

Hingga saat ini PT Adhi Karya masih menunggu pembayaran utang tiang pancang monorel oleh PT JM. Keduanya pun saling klaim memiliki tiang pancang tersebut. Lebih lanjut, saat ini, Pemprov DKI sedang mempersiapkan surat yang akan dilayangkan kepada PT JM. Basuki menyayangkan surat pemutusan hubungan kerjasama antara DKI dan PT JM yang dibuat oleh mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo, lemah.

Seharusnya, lanjut dia, Pemprov DKI mencantumkan klausul, jika monorel mangkrak, seluruh aset kepemilikan perusahaan swasta perihal proyek monorel menjadi kepemilikan DKI.

"Sayangnya kontrak dulu lemah, dia mangkrak dan tiangnya bukan punya kami. Sehingga jalan kami disandera sama mereka," kata Basuki.

Berdasarkan pantauan tiang pancang yang berada di Jalan Pejompongan-Senayan di dekat Stasiun Palmerah kerap membuat kemacetan lalu lintas. Begitu pula tiang pancang yang berada di Jalan Gelora juga membuat kemacetan lalu lintas, mengingat jalan itu sudah sempit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari Sebelas RT di Tanah Tinggi Masuk dalam Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari Sebelas RT di Tanah Tinggi Masuk dalam Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Polisi Tangkap Dua Begal yang Bacok Anak SMP di Depok

Polisi Tangkap Dua Begal yang Bacok Anak SMP di Depok

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Berawan, Bodetabek Cerah Berawan di Pagi Hari

Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Berawan, Bodetabek Cerah Berawan di Pagi Hari

Megapolitan
Lima Anggota Polisi Ditangkap Saat Pesta Sabu di Depok, Empat di Antaranya Positif Narkoba

Lima Anggota Polisi Ditangkap Saat Pesta Sabu di Depok, Empat di Antaranya Positif Narkoba

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel | Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran

[POPULER JABODETABEK] Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel | Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com