Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Basuki Merasa Dianggap Gila gara-gara Banting Setir ke Politik

Kompas.com - 17/01/2015, 14:53 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, karier politiknya merupakan anugerah dari Tuhan. Ia sempat merasakan jatuh bangun dalam politik, hingga kini bisa menjabat sebagai orang nomor satu di Provinsi Jakarta.

Hal itu disampaikan oleh Ahok, panggilannya, saat menjadi pembicara dalam seminar di Gereja Reform, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (17/1/2015). Pria kelahiran Belitung Timur itu menurutkan, sebelumnya ia tidak pernah tertarik untuk menjadi politikus.

Awalnya, Basuki ingin menjadi konglomerat. Ia pernah mendirikan sebuah pabrik, tetapi kemudian tutup. Padahal, melalui pabrik itu, Ahok sempat berpikir untuk bekerja di Kanada.

Basuki mengurungkan niatnya tersebut setelah mendengar pesan ayahnya. Ayahnya, Indra Tjahaja Basuki, memiliki kepribadian suka membantu orang dari kalangan tidak mampu. Itulah yang menyebabkan Basuki jatuh hati pada politik. Menurut ayahnya, untuk membantu orang tak mampu maka perlu kedudukan.

"Bapak saya bilang, 'Kita mesti jadi pejabat'," ujar Basuki dalam seminar itu, Sabtu siang.

Ia pun mengikuti saran sang ayah dan memulai karier politik. Namun, ia sempat bimbang karena untuk terjun ke politik, berarti harus meninggalkan kegiatan rohani yang sudah digelutinya belasan tahun. "Saya dulu 13 tahun jadi ketua majelis (di gereja)," ujar Basuki.

Kegalauan itu menyebabkan Basuki jatuh sakit. Oleh istrinya, Veronica Tan, Basuki diajak untuk menemui psikiater. "Sampai di sana, saya ditanya-tanya, bangun jam berapa. Akhirnya sudah, pulang. Saya bilang ke istri saya, 'Ini bukan dokter, lu kira gua gila?'" ujar Basuki disambut tawa peserta seminar.

Menurut Basuki, dokter bilang ia tidak sakit. Hanya saja, Basuki waktu itu sedang banyak pikiran.

Setelah kejadian itu, karier politik Basuki muncul melalui tawaran-tawaran yang datang dari beberapa partai. Ia menyebut saat itu ada tawaran dari Golkar dan PDI Perjuangan. Basuki memilih tawaran bergabung dari partai baru, yakni Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). "Saya ditawari Partai PIB, partai insinyur Basuki," seloroh pria yang disapa Ahok ini.

Basuki kemudian memulai kampanye. Perjalanan politiknya berbuah setelah ia menduduki jabatan politik di DPRD tingkat II. Kariernya di DPRD hanya bertahan 7 bulan. Pengalaman buruk pernah dirasakannya. Ia mengaku dapat ancaman karena menyebut DPRD sebagai "Dewan Perampok Rakyat Daerah". "Orang hampir mau pukulin saya," ujar Basuki.

Peristiwa itu tak menghentikan langkah Ahok untuk berkecimpung di politik. Ia justru terus mengembangkan kariernya dengan mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur. Basuki mengaku berkampanye tanpa modal bagi-bagi duit. "Saya mungkin satu-satunya bupati yang enggak ada uangnya," ujar Basuki.

Selama berkampanye, Basuki hanya bermodalkan stiker dan kartu nama. Melalui kartu namanya, warga bisa mengadu kepadanya tentang berbagai persoalan.

Dalam kampanyenya, Basuki menyatakan ingin memperbaiki nasib warganya. Meski tanpa modal materi, Basuki toh terpilih menjadi Bupati Blitung Timur. Ia menyadari bahwa kemenangan itu berasal dari Tuhan. "Karena power, position, itu Tuhan yang kasih," ujar Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com