JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, karier politiknya merupakan anugerah dari Tuhan. Ia sempat merasakan jatuh bangun dalam politik, hingga kini bisa menjabat sebagai orang nomor satu di Provinsi Jakarta.
Hal itu disampaikan oleh Ahok, panggilannya, saat menjadi pembicara dalam seminar di Gereja Reform, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (17/1/2015). Pria kelahiran Belitung Timur itu menurutkan, sebelumnya ia tidak pernah tertarik untuk menjadi politikus.
Awalnya, Basuki ingin menjadi konglomerat. Ia pernah mendirikan sebuah pabrik, tetapi kemudian tutup. Padahal, melalui pabrik itu, Ahok sempat berpikir untuk bekerja di Kanada.
Basuki mengurungkan niatnya tersebut setelah mendengar pesan ayahnya. Ayahnya, Indra Tjahaja Basuki, memiliki kepribadian suka membantu orang dari kalangan tidak mampu. Itulah yang menyebabkan Basuki jatuh hati pada politik. Menurut ayahnya, untuk membantu orang tak mampu maka perlu kedudukan.
"Bapak saya bilang, 'Kita mesti jadi pejabat'," ujar Basuki dalam seminar itu, Sabtu siang.
Ia pun mengikuti saran sang ayah dan memulai karier politik. Namun, ia sempat bimbang karena untuk terjun ke politik, berarti harus meninggalkan kegiatan rohani yang sudah digelutinya belasan tahun. "Saya dulu 13 tahun jadi ketua majelis (di gereja)," ujar Basuki.
Kegalauan itu menyebabkan Basuki jatuh sakit. Oleh istrinya, Veronica Tan, Basuki diajak untuk menemui psikiater. "Sampai di sana, saya ditanya-tanya, bangun jam berapa. Akhirnya sudah, pulang. Saya bilang ke istri saya, 'Ini bukan dokter, lu kira gua gila?'" ujar Basuki disambut tawa peserta seminar.
Menurut Basuki, dokter bilang ia tidak sakit. Hanya saja, Basuki waktu itu sedang banyak pikiran.
Setelah kejadian itu, karier politik Basuki muncul melalui tawaran-tawaran yang datang dari beberapa partai. Ia menyebut saat itu ada tawaran dari Golkar dan PDI Perjuangan. Basuki memilih tawaran bergabung dari partai baru, yakni Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). "Saya ditawari Partai PIB, partai insinyur Basuki," seloroh pria yang disapa Ahok ini.
Basuki kemudian memulai kampanye. Perjalanan politiknya berbuah setelah ia menduduki jabatan politik di DPRD tingkat II. Kariernya di DPRD hanya bertahan 7 bulan. Pengalaman buruk pernah dirasakannya. Ia mengaku dapat ancaman karena menyebut DPRD sebagai "Dewan Perampok Rakyat Daerah". "Orang hampir mau pukulin saya," ujar Basuki.
Peristiwa itu tak menghentikan langkah Ahok untuk berkecimpung di politik. Ia justru terus mengembangkan kariernya dengan mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur. Basuki mengaku berkampanye tanpa modal bagi-bagi duit. "Saya mungkin satu-satunya bupati yang enggak ada uangnya," ujar Basuki.
Selama berkampanye, Basuki hanya bermodalkan stiker dan kartu nama. Melalui kartu namanya, warga bisa mengadu kepadanya tentang berbagai persoalan.
Dalam kampanyenya, Basuki menyatakan ingin memperbaiki nasib warganya. Meski tanpa modal materi, Basuki toh terpilih menjadi Bupati Blitung Timur. Ia menyadari bahwa kemenangan itu berasal dari Tuhan. "Karena power, position, itu Tuhan yang kasih," ujar Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.