Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Kekayaan Belum Sinkron

Kompas.com - 06/02/2015, 15:41 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Jumlah data terkait laporan harta kekayaan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga hari ini belum sinkron. Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakarta mengklaim 1.199 pejabat menyerahkan laporan pada 2014. Sementara Komisi Pemberantasan Korupsi, sebagaimana laporan Indonesia Corruption Watch, baru mendata 197 pejabat.

Kondisi itu membuat pengawasan tidak optimal. Demikian pula upaya mencegah tindak pidana korupsi serta tindak pidana pencucian uang oleh aparat Pemprov DKI Jakarta.

Peneliti pada Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch, Nida Zidny Paradhisa, Kamis (5/2), mengatakan, total pejabat yang wajib menyerahkan laporan harta kekayaan pejabat negara (LHKPN) tahun lalu 197 orang, terdiri dari 91 pejabat Pemprov DKI Jakarta dan 106 pejabat BUMD DKI Jakarta. ”Data dari KPK baru sejumlah (197 orang) itu,” ujarnya.

Kepala Bidang Pengendalian Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Muhamad Kadar mengatakan, sesuai Peraturan Gubernur Nomor 85 Tahun 2013 tentang LHKPN, ada 1.662 pejabat wajib lapor.

Adapun Peraturan Gubernur Nomor 260 Tahun 2014 mengatur 11.984 pejabat wajib lapor. Aturan itu guna mendukung kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menginginkan pejabat eselon I-IV melaporkan kekayaan untuk mencegah korupsi.

”Data kami, sepanjang tahun lalu ada 72,16 persen dari 1.662 pejabat yang mengisi formulir dan menyerahkan laporan kekayaan. Kami tak tahu kenapa berbeda dengan data KPK. Namun, kami terus menyosialisasikannya agar semua wajib lapor menyerahkan laporan,” katanya.
Gaji PNS

Terkait besarnya gaji PNS DKI Jakarta yang fantastis, Basuki mengatakan, dirinya sebatas memenuhi janjinya menyejahterakan bawahannya. Namun, PNS harus bekerja sesuai kewajiban.

”Dengan sistem yang ada sekarang, kalau kinerja enggak beres, jangan harap gaji besar. Langsung saya turunkan jadi staf, saya copot dari jabatannya,” katanya.

Pungli

PNS Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, AM alias Dori (54), diduga sebagai pelaku pungutan liar terhadap pedagang yang mengokupasi saluran air di Jalan Bungur. Saat ini, kasus itu ditangani Inspektorat DKI Jakarta.

Saminten (50), pedagang nasi gulai, mengatakan, Dori meminta ”uang kontrak” bangunan Rp 3,5 juta per tahun. Dori juga mendirikan bangunan di atas saluran air itu. ”Saya rutin membayar sejak empat tahun lalu. Terakhir bayar 7 Januari lalu,” katanya, kemarin.

Saminten tak rela lapak sewaannya ditertibkan, dan ia pun melapor ke Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi. (FRO/DNA/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejamnya Nico Bunuh Teman Kencan di Indekos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kejamnya Nico Bunuh Teman Kencan di Indekos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com