Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Leo, Anjing "Detektif" yang Ungkap Pembunuhan Maestro Lukis Indonesia

Kompas.com - 14/02/2015, 07:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pelukis ternama Basuki Abdullah ditemukan tewas terbunuh di rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, 5 November 1993. Jakarta geger. Media heboh dan sibuk menganalisis.

Bahkan, Presiden Soeharto mendapat laporan langsung dari Kapolda Metro Jaya saat itu, Mayor Jenderal (Pol) Hindarto, soal pembunuhan tersebut. Basuki terbunuh akibat pukulan popor senapan angin di kepala.

Akibat pembunuhan ini, lukisan diri BJ Habibie tak pernah rampung. Sebelum Basuki dibunuh, BJ Habibie sedang memesan lukisan. Saat itu, pesanannya pun baru selesai 50 persen.

Bahkan, siang hari sebelum pembunuhan, Basuki Abdullah baru membeli buku-buku tentang Habibie. Dia perlu membaca itu untuk memahami betul karakter Habibie.

Empat hari setelah Basuki dimakamkan, pelakunya tertangkap di Cicurug, Sukabumi. Kompas tanggal 10 November 1993 menulis, Kapolda Metro Jaya melaporkan penangkapan itu ke Presiden Soeharto.

Dia datang langsung ke Istana Presiden pada 9 November pagi, saat acara penerimaan gelar pahlawan. Hindarto menyampaikannya di depan Ibu Tien Soeharto, Nyonya Sutrisno, dan Presiden Soeharto.

Pelakunya adalah seorang pria berinisial AMD (20). Dia bekerja sama dengan tukang kebun Basuki, WHY. Makanya, pelaku tahu benar seluk-beluk rumah maestro lukis Indonesia itu. Soeharto menyalami Hindarto seusai berbicara.

Keesokan harinya, semua media, termasuk Kompas, menulis pelaku pembunuhan terungkap setelah ada informasi dari seorang preman mabuk di Kalijodo, Jakarta Barat.

Preman itu menceritakan soal persekongkolan AMD dan WHY. Itu pencurian biasa. Pembunuhan terjadi karena AMD tepergok Basuki.

Akan tetapi, semua media luput menulis tentang Leo. Seekor anjing German Shepherd (herder) yang ikut membantu mengungkap kasus itu. Sejak awal melacak di tempat kejadian perkara (TKP), Leo sudah tahu pembunuhnya adalah orang dekat.

Handler-nya saat itu adalah Muhyi yang baru berpangkat sersan dua (bripda). Kini Muhyi sudah berpangkat ajun komisaris dan menjabat Kanit Satwa Unit K-9 Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya. Leo sudah lama mati saat Muhyi menceritakan ini di ruang kerjanya, Rabu (4/2/2015).

Sejak datang ke rumah Basuki pada petang harinya, Leo yang baru berusia dua tahun diperintah melacak berbagai jejak. Popor senapan, darah, dan beberapa benda lain.

Leo melacak berulang-ulang. Dari jejak-jejak itu, Leo hanya berjalan ke satu arah dan selalu berhenti di ruang istirahat pembantu.

Rupanya dia mencium bau WHY. Pada hari-hari menjelang aksinya, WHY memang tinggal di tempat yang sama dengan AMD. Makanya, walau AMD yang datang mencuri dan membunuh, bau WHY tetap tercium oleh Leo.

Ini pula yang memberi arah untuk penyelidikan polisi. Makanya, begitu ada preman meracau di Kalijodo bahwa AMD dan WHY bersekongkol, polisi sadar Leo bekerja pada hari kematian Basuki Abdullah. Apabila Leo tak memberikan isyarat itu, polisi bisa saja cuek dengan racauan preman mabuk itu.

Muhyi tak pernah melupakan Leo. Bahkan, dia sedih waktu mendengar kabar Leo mati. Leo mati tahun 2004, ketika Muhyi sedang menjalani pendidikan di Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) di Sukabumi, Jawa Barat. Usianya 13 tahun saat mati. "Saya memang paling senang di Unit Satwa," ucap Muhyi.

Muhyi menghabiskan masa bintara selama 16 tahun di unit itu. Dia lulus bintara tahun 1988, angkatan IX Lido. Ia baru keluar dari Unit Satwa saat ikut pendidikan Selapa tahun 2004.

Setelah itu, Muhyi sempat dinas di Banten. Dia pernah menjabat Kanit Laka Polres Tangerang. Kemudian tahun 2007, dia kembali ke Jakarta, lalu pindah ke Polres Depok dan diberi jabatan Kanit Patrol, lalu Kanit Reserse.

Tahun 2010, Muhyi kembali ke Unit Satwa. Dia mendapat jabatan Kanit Satwa. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

Megapolitan
KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

Megapolitan
Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Megapolitan
3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

Megapolitan
LPSK Dorong Pemenuhan Akomodasi Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan, Termasuk Perlindungan

LPSK Dorong Pemenuhan Akomodasi Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan, Termasuk Perlindungan

Megapolitan
Pemkot Jakbar Imbau Warga dengan Ekonomi Mampu Tak Beli Elpiji 3 Kg

Pemkot Jakbar Imbau Warga dengan Ekonomi Mampu Tak Beli Elpiji 3 Kg

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Korban Telah Hilang Selama 4 Hari

Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Korban Telah Hilang Selama 4 Hari

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan di Selokan Bekasi, Polisi: Sempat Terlihat Sempoyongan

Jasad Perempuan Ditemukan di Selokan Bekasi, Polisi: Sempat Terlihat Sempoyongan

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Belum Juga Laku di Lelang meski Harganya Telah Dikorting

Rubicon Mario Dandy Belum Juga Laku di Lelang meski Harganya Telah Dikorting

Megapolitan
Remaja Perempuan Direkam Ibu Saat Bersetubuh dengan Pacar, KPAI Pastikan Korban Diberi Perlindungan

Remaja Perempuan Direkam Ibu Saat Bersetubuh dengan Pacar, KPAI Pastikan Korban Diberi Perlindungan

Megapolitan
Eks Warga Kampung Bayam Sepakat Pindah ke Hunian Sementara di Ancol

Eks Warga Kampung Bayam Sepakat Pindah ke Hunian Sementara di Ancol

Megapolitan
Kronologi Komplotan Remaja Salah Bacok Korban saat Hendak Tawuran di Cimanggis Depok

Kronologi Komplotan Remaja Salah Bacok Korban saat Hendak Tawuran di Cimanggis Depok

Megapolitan
Sampah Menggunung di TPS Kembangan, Ketua RT Sebut Kekurangan Petugas untuk Memilah

Sampah Menggunung di TPS Kembangan, Ketua RT Sebut Kekurangan Petugas untuk Memilah

Megapolitan
Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Peran 5 Pelaku Begal Casis Bintara Polri di Jakbar

Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Peran 5 Pelaku Begal Casis Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com