Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembersihan Sampah Bergantung pada Manusia Pintu Air

Kompas.com - 17/02/2015, 14:39 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya petugas untuk membersihkan sampah di Waduk Pluit membuat perasaan miris muncul. Segigih apa pun mereka membersihkan, sampah akan kembali datang keesokan harinya. Apalagi, pada musim hujan seperti ini, berton-ton sampah masuk di muara kali yang berada di Jakarta Utara itu. Mereka pun bekerja ekstra keras setelah banjir.

Matahari sedang meninggi saat Erwin (20) menunduk di antara gunung sampah plastik setinggi 3 meter di Rumah Pompa Waduk Pluit, Penjaringan. Tumpukan sampah bekas bungkus mi instan, minyak goreng, minuman instan, ban, kayu, jok sofa, batako, dan bambu tersangkut di mesin penyaring.

Ia menadah sampah yang keluar dari mesin penyaring dengan terpal berukuran 1 x 1 meter. Dengan terpal berwarna biru itu, ia pindahkan sampah ke tepi tumpukan yang belum menggunung. ”Tinggi sampah tidak boleh melebihi pintu saringan (conveyor belt) karena bisa membakar mesin,” ujar Erwin, pekerja dari PT Asiana.

Siang itu, tiga petugas yang berjaga di pompa timur Waduk Pluit merasa kewalahan. Mereka kesal karena gunungan sampah tak kunjung diangkut Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Padahal, atasan mereka tak mau tahu kalau sampai pompa tak bisa beroperasi karena tersumbat sampah. Mereka mengaku kerap terkena semprot saat pompa macet akibat sampah.

”Wah, bahaya kalau seperti ini, kita tekor. Anak buah saya kerja juga setengah mati,” keluh Fahri (34), yang sibuk memencet tombol di ruang kendali pintu saringan.

Tak hanya di pompa timur, sampah juga menumpuk di pompa barat. Petugas bersiaga di depan pintu saringan untuk mengangkat gelondongan kayu, ban, dan bambu yang tersangkut di saringan. Usut punya usut, sampah itu belum diangkut sejak Sabtu lalu.

Abdullah (50), perawat waduk yang sudah bekerja selama 25 tahun, menuturkan, meski sudah melalui dua tahapan penyaringan, sampah tetap masuk ke pintu penyaring akhir rumah pompa. Volume sampah pun meningkat berkali lipat saat banjir melanda Jakarta. Sebelum banjir, volume sampah hanya satu gerobak. Usai banjir, volume bertambah menjadi 5-6 gerobak. ”Saat hujan dan banjir memang butuh kerja lebih keras,” ujar Abdullah.

Tak hanya sampah plastik, lumpur dan sampah yang mengendap di dasar waduk pun dikeruk. Lumpur berwarna hitam pekat itu bercampur plastik dan material sampah lain, seperti kayu dan ban, yang puluhan tahun mengendap di dasar waduk.

Dalam sehari, truk Dinas Kebersihan DKI bisa mengangkut hingga 100 kubik lumpur. Eceng gondok yang tumbuh subur di waduk tak luput dibersihkan. Ada lebih dari lima ekskavator yang bekerja sepanjang hari di Waduk Pluit. Hal itu dilakukan supaya air yang akan dibuang ke laut melalui pompa polder mengalir lebih lancar.

Tak hanya di Waduk Pluit, fenomena serupa juga terjadi di rumah pompa Pasar Ikan. Operator pompa mengeluhkan membeludaknya sampah saat banjir. Tak hanya sampah
plastik, sampah sisa material penertiban bangunan liar di bantaran sungai juga tersangkut di mesin penyaring. Pada saat pompa akan dioperasikan, sampah-sampah itu menyumbat aliran air.

”Mending kalau sampah kecil-kecil, ini sampah kayu, batako, dan material bekas gusuran itu semuanya masuk ke sini,” kata Ridwan, pengawas lapangan pompa air dari PT Wijaya Karya.

Pekerjaan para perawat waduk itu tidak sebanding memang dengan proyek-proyek raksasa normalisasi kali dan saluran yang tengah dilakukan di banyak lokasi. Akan tetapi, terlihat betapa pemerintah selama ini masih sangat bergantung pada tenaga manual ”manusia pintu air” seperti Erwin dan Fahri yang digaji sekitar Rp 1,9 juta per bulan agar banjir tidak meluas dan tidak berlangsung lama.

Meskipun sudah ada Perda Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, sampah masih menumpuk baik di saluran penghubung, badan kali, maupun waduk. Penegakan aturan yang tegas serta kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di kali seharusnya bisa membuat pemerintah tak lagi bergantung sepenuhnya pada manusia pintu air.
(DIAN DEWI PURNAMASARI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com