Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menang Tender UPS, CV BTU Akui Hanya Dipinjam untuk Ikut Lelang di UPL

Kompas.com - 02/03/2015, 14:36 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - CV Bukit Terpadu Utama (BTU) mengakui telah memenangi tender pengadaan uninterruptible power supply (UPS) senilai Rp 5.833.289.000 untuk SMKN 53 Jakarta. Bagaimana ceritanya?

Kompas.com menemui Taufiqurrohim, yang mengaku sebagai pemilik CV BTU, Senin (2/3/2015). Dia membenarkan bahwa perusahaannya memenangi tender pengadaan UPS untuk SMKN 53 Jakarta.

"Benar (menang tender UPS) tahun kemarin. Itu terdiri dari UPS dan batereinya. Sudah dipasang," kata Taufiqurrohim, kepada Kompas.com, di pelataran teras kantornya.

CV ini satu alamat dengan toko genteng UD Bersama Maher Genteng Jatiwangi, di Jalan Sekip Ujung Nomor 30, atau Jalan Ahmad Yani nomor 31, Utan Kayu Selatan, Matraman Jakarta Timur.

Taufik mengaku menyewa salah satu ruang di kantor toko genteng itu. Di dalam kantor ini pun, tidak hanya CV Bukit terpadu saja. Ada total 5 CV yang tinggal 'satu atap' alias satu bangunan.

Taufik, sapaan akrabnya, mengaku bukan dia yang mengerjakan proyek pengadaan UPS senilai miliaran di SMKN 53 Jakarta. Seorang temannya meminjam nama perusahaannya sebagai bendera, untuk ikut proyek tersebut.

"Nama perusahaan saya dipakai sama teman, seperti benderanya dialah," ujar Taufik.

Diakui Taufik, CV-nya tidak biasa menangai proyek miliaran. Dari segi keuangan, Taufik mengaku perusahaannya tidak menjangkau nilai proyek sedemikian. Biasanya, di bawah Rp 100 juta adalah garapannya.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan proyek UPS di SMKN 53, sebut Taufik, dikerjakan oleh temannya. Dia mengaku tidak terlalu dilibatkan ataupun mengetahui soal proyekn itu. Yang jelas, Taufik, hanya menandatangani kontrak ketika perusahaan miliknya menang tender di Unit Layanan Pengadaan (ULP) DKI.

Ikut lelang

Taufik menegaskan perusahaannya memang memenangi lelang di ULP. "Semua orang bisa ikuitin pelelangan artinya dengan catatan dia punya perusahaan yang sesuai persyaratan. Sekarang lelang memang harus lewat ULP," ujar Taufik.

Setelah itu, kegiatan proyek UPS dikerjakan oleh sang teman. Sayang Taufik belum bersedia menyebut siapa temannya dengan alasan etika pekerjaan. Yang ia bisa pastikan saat ini, temannya bukan orang pemerintahan baik dari Pemprov DKI atau DPRD.

"Murni kontraktor setahu saya, enggak ada orang pemda," ujarnya.

Taufik sendiri, tak tahu soal boleh atau tidak dalam aturan perusahaannya dipinjam namanya oleh pihak lain untuk menggarap proyek. "Boleh atau tidak saya tidak tahu. Cuma dia bilang, 'kita ikutin boleh enggak di pendidikan'. Saya bilang silakan saja kalau memang sesuai bisa diikuti," ujar Taufik.

Apalagi, dia pikir ikut lelang lewat ULP merupakan lelang terbuka bagi perusahaan mana pun. Akhirnya, ia percaya pada temannya.

Diakuinya, ia mendapat komisi alias bagian setelah nama perusahaannya dipakai oleh sang teman. "Saya dikasihlah sedikit uang jasa istilahnya diberikan ke saya gitu," sebutnya tanpa mau merinci besarannya.

Menurut Taufik, pada proses lelang ULP, harga ditentukan oleh pihak pemesan. Contohnya, pemesan di lembaga pemerintahan menginginkan pengadaan sofa untuk kantor. Pemesan biasanya melakukan survei harga dulu di produsen.

Setelah merasa harga layak, kemudian pemesan mengajukannya ke ULP. Perusahaan yang ikut lelang di ULP kemudian memberikan tawaran siapa yang mampu paling murah mengadakan barang.

"Tapi enggak mesti yang murah yang biasa menang. Kalau misalnya ketentuan syaratnya enggak lengkap, enggak bisa (lolos)," ujar Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com