Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Berperan Besar dalam Pengadaan UPS, Siapa Alex Usman?

Kompas.com - 11/03/2015, 16:56 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Alex Usman mencuat seiring perkembangan pemberitaan kasus alat catu daya bebas gangguan (UPS) untuk sekolah-sekolah di Jakarta. Dia diduga memiliki peranan besar dalam pengadaan UPS untuk sekolah di wilayah Jakarta Barat pada tahun 2014.

Kepala Suku Dinas Pendidikan 2 Jakarta Barat Samlawi menuturkan, saat tahun 2014, Alex menjabat sebagai Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat.

Alex juga berperan sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) yang mengetahui jelas soal pengadaan UPS di tiap-tiap sekolah.

Pada tahun 2015, tepatnya tanggal 2 Januari 2015 yang bersamaan dengan lelang jabatan Pemerintah Provinsi DKI, Alex dipindah menjadi Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan 2 Jakarta Selatan. [Baca: Mantan Pejabat Sudin Pendidikan Penuhi Panggilan Polisi soal Kasus UPS]

Pembagian di Suku Dinas Pendidikan yang ada di Jakarta yang dulunya dari pendidikan menengah dan dasar diganti jadi per wilayah, yakni wilayah 1 dan 2.

Seharusnya Alex sudah menjabat di Jakarta Selatan lebih dari dua bulan terhitung dari awal Januari sampai saat ini. Namun, ketika beberapa orang yang bekerja di Suku Dinas Pendidikan 2 Jakarta Selatan ditanya soal Alex, semuanya mengaku tidak tahu.

Pemahaman mereka soal Alex hanya sebatas sebagai pejabat yang baru saja pindah. "Saya enggak tahu, belum pernah lihat juga. Itu yang katanya pindahan dari Jakarta Barat kan ya," ujar petugas pengamanan dalam (pamdal) Ilham di depan ruangan Suku Dinas Pendidikan 2 Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2015).

Ilham juga mengaku tidak memantau kapan saja Alex datang untuk bekerja. Saat Kompas.com mencoba untuk mencari Alex ke ruangannya, Ilham tidak memberi tahu lokasi ruangannya dan hanya menjawab bahwa Alex memang tidak ada di ruangan dari pagi hari.

Seorang pegawai perempuan di sana yang enggan menyebutkan namanya juga mengungkapkan tidak kenal dengan orang yang bernama Alex.

Mantan kepala sekolah di wilayah Pasar Minggu itu pun terlihat kebingungan ketika ditanya soal Alex sebagai Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan 2 di sana. "Wah, saya enggak tahu, enggak kenal, Dik," ujar ibu tersebut.

Alex Usman menjadi saksi dari kasus dugaan korupsi pengadaan UPS yang ditangani oleh Subdit Tindak Pidana Korupsi Ditreskrimsus Polda Metro Jaya sejak 28 Januari 2015 lalu. Polisi sudah meningkatkan status kasus tersebut ke tingkat penyidikan sejak Jumat (6/3/2015).

Pada tahap penyidikan, sudah diperiksa tujuh orang saksi, salah satunya Alex Usman. Hari ini, polisi juga akan memeriksa 10 saksi lainnya. Belum ada satu pun saksi yang ditingkatkan statusnya menjadi tersangka.

Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan pernah mengatakan, seorang PPK rawan jadi tersangka kasus korupsi. "Sebab, mereka (PPK) implementator," kata Ade beberapa waktu lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com