Para penumpang pun marah dan berteriak-teriak. "Yang salah motor Pak!" teriak salah seorang penumpang. Setelah terjadi perdebatan, polisi itu pun berteriak ke penumpang, "Saya berhak, saya petugas!"
Banyak orang mengecam tindakan polisi itu. "Wkwkwk welcome to indonesia dimana orang yg jelas2 bersalah dibela mati2an oleh pemerintah.. :D?," komentar dari akun Rizal Mio.
Belum tuntas kasus ini, lagi-lagi polisi menghadapi tuduhan yang bahkan mungkin lebih serius: rasisme. Dalam akun Facebook milik seseorang berinisial HL, ia menuduh seorang polisi yang hendak menilangnya bersikap rasis dengan menyebut ras tertentu. Hingga semalam, foto dan keluhan itu di-share lebih dari 9.000 kali.
Menanggapi berbagai masalah itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan, pihaknya sudah memeriksa petugas yang terekam dalam video dan foto yang diunggah ke media sosial itu. Jika ditemukan kesalahan, Polda tidak segan memberikan sanksi tegas kepada anggotanya.
Direktur Institute for Transportation and Development Policy Yoga Adiwinarto berpendapat, polisi memiliki posisi penting dalam membangun transportasi publik yang baik. Pada kasus terakhir yang ramai diperbincangkan, polisi tidak semestinya membela pelanggar jalur. Pembelaan terhadap pelanggar justru kontraproduktif.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendorong sterilisasi jalur transjakarta. Dia berharap jalur transjakarta tak ubahnya rel kereta yang bebas dari kendaraan lain sehingga laju bus tak terhambat dan pengguna nyaman di jalan. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berencana menutup jalur dengan pemisah (separator) tinggi dan memasang kamera pemantau (CCTV) sebagai upaya sterilisasi.
Lebih lanjut, Martinus mengatakan, menjadi risiko petugas menghadapi perdebatan atau perselisihan saat berusaha melakukan tindakan di jalan karena setiap tindakan hukum pasti ada resistansi. Mengenai rekaman video atau kritikan yang diunggah ke media sosial, Martinus mengatakan, polisi tak mempermasalahkannya.
"Kritikan di medsos itu bagus. Memang sudah zamannya tak bisa dicegah. Orang memang lebih mudah mengadu lewat medsos. Kalau mengadu secara resmi, belum tentu mereka punya waktu atau tenaga. Belum lagi, mereka harus menunggu kelanjutannya," ujar Martinus.
Berbagai kecaman di medsos, ujar Martinus, menjadi pembelajaran. "Kami tahu harapan masyarakat itu sangat tinggi agar polisi itu baik dan bersih. Kami harus introspeksi, sudah bertugas secara benar atau tidak. Polisi juga tahu bahwa untuk memenuhi harapan masyarakat tidak gampang, perlu kerja lebih keras," ujar Martinus. (MKN/RAY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.