Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Simpatik, Bukan Tak Ditilang yang Diharapkan...

Kompas.com - 08/04/2015, 09:10 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Operasi Simpatik yang dilakukan pihak Polda Metro Jaya sejak 1 April hingga 21 April 2015 belum membuahkan hasil. Malah, pengendara cenderung melanggar karena adanya "kelonggaran" yang diberikan polisi yang mengaku sedang mencari simpati masyarakat sehabis di-bully habis-habisan oleh para netizen.

Adalah Dn (27), salah seorang pengendara motor yang malah sengaja tidak membawa surat berkendara. Dia malah mengaku bahwa surat izin mengemudi (SIM)-nya telah "mati" sejak satu tahun lalu.

"Mumpung enggak ditilang, jadi berani bawa motor enggak bawa surat-surat," kata Dn (27) kepada Kompas.com, Rabu (8/4/2015).

Dn jelas melanggar. Ketika terkena razia Operasi Simpatik, dia hanya mendapat teguran. Itu sebagai bagian dari upaya polisi untuk memperbaiki citra.

"Hanya akan diperiksa. Kalau memang tidak bawa surat, kami akan tegur," ucap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul, Selasa (7/4/2015).

Rupanya, bukan itu yang diharapkan oleh para pengendara yang aktif di media sosial. Salah seorang netizen yang mengomentari pemberitaan Kompas.com dengan nama akun Bagus W menulis, "Sebenarnya istilah "simpatik" buat polisi itu bukan karena "tidak menilang". Gw jauh lebih bersimpati pada polisi yg tegas ke luar dan ke dalam. Pelanggar rambu, pelawan arus, penyerobot jalur itu HARUS ditindak. Rakyat juga kesal dengan mereka kok. Tapi juga tegas kepada aparatnya sendiri yg busuk." 

Ketua Jakarta Transportation Watch, Andi William Sinaga, pun sepakat dengan hal tersebut. Andi menilai, dengan hanya memberikan teguran, pengendara akan semakin cenderung untuk melanggar. Terlebih lagi, informasi soal polisi tidak akan menilang pelanggar sudah tersebar luas. 

"Jangan justru polisi jadi lembek begini. Saya yakin percuma hanya menegur masyarakat saja. Tak akan sadar yang ditegur dan tak jadi jera juga mereka," ujar dia. 

Mendebat polisi

Operasi Simpatik juga menjadi tidak simpatik ketika pelanggar malah mendebat polisi. Pengendara yang mengetahui ketika salah tidak akan ditilang memprotes ketika diberhentikan.

"Ada yang ketika ditegur malah ada berdebat dengan polisi, bilangnya, 'bukannya tidak akan ditilang, Pak'. Padahal, memang hanya ditegur," kata Martinus.

Menurut Martinus, hal itu menunjukkan informasi polisi tidak akan menilang pelanggar aturan lalu lintas sudah tersebar luas di masyarakat. Martinus justru mengapresiasi hal tersebut. Sebab, pendekatan persuasif merupakan cara yang lebih dini daripada penegakan hukum. Harapannya, ketika polisi melakukan pendekatan persuasif, pengguna jalan justru semakin taat peraturan.

Namun, menurut Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hindarsono, pengendara tetap bisa ditilang saat Operasi Simpatik. Tilang itu akan ditujukan kepada pelanggar yang berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan kerawanan. 

"Untuk Operasi Simpatik kami mengedepankan peringatan dan teguran tertulis, tetapi tetap ada penilangan," ujar Hindarsono. 

Berdasarkan data Polda Metro Jaya, lima hari sebelum Operasi Simpatik, jumlah penilangan mencapai 24.469 dalam sehari. Begitu ada Operasi Simpatik, jumlah penilangan selama lima hari tak ada. 

Hal ini berbeda dengan Operasi Simpatik pada 2014. Tahun lalu, polisi tetap menilang untuk pelanggaran-pelanggaran yang keterlaluan. Selama lima hari Operasi Simpatik, ada 5.392 pelanggar yang ditilang.

Operasi Simpatik berlangsung mulai 1 April 2015 dan berakhir pada 21 April 2015. Operasi ini menghabiskan dana Rp 3,6 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com