Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kenapa Ahok Main Ancam dan Intimidasi?"

Kompas.com - 30/04/2015, 12:31 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kemarahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat memberi pengarahan bagi pejabat eselon III dan IV Dinas Pelayanan Pajak ternyata membawa dampak.

Ancaman Basuki untuk memecat 60 persen pegawai Dinas Pelayanan Pajak itu mengakibatkan sang pegawai terintimidasi. Seorang perempuan pejabat di Dinas Pelayanan Pajak terdengar  menggerutu saat mengobrol dengan temannya seusai pengarahan. 

"Kenapa (Basuki) main ancam dan intimidasi. Padahal, kan kita juga kerja siang malam, ridho enggak dapat (tunjangan) tambahan, kita kerja ya kerja saja. Lillahi ta'ala saya kerjanya," gerutu perempuan yang enggan menyebut identitasnya itu, di Balai Kota, Kamis (30/4/2015).

Perempuan paruh baya itu terlihat pasrah dengan berbagai ancaman Basuki kepada pejabat Dinas Pelayanan Pajak. Apalagi, anak buahnya kerap pulang larut malam untuk menyelesaikan laporan penagihan pajak.

"Semalam saja anak buah saya pulang pukul 01.00 pagi, apa itu enggak kasihan. Mereka enggak dapat tambahan (tunjangan) lho, tapi ini sudah diancam-ancam," kata pejabat berparas Arab-Betawi itu.

Sebelumnya, Basuki mengancam memecat 40-60 persen pegawai Dinas Pelayanan Pajak DKI yang "bermain mata" dengan para wajib pajak. Basuki juga mengaku tidak memedulikan target pajak yang telah ditetapkan dalam APBD 2015 tidak tercapai. [Baca: Semua Terdiam Ketika Ahok Ancam Pecat Pegawai Dinas Pajak yang "Ngeyel"]

"Orang-orang Pajak yang ngeyel, kami akan buang 40-60 persen, saya pindahkan ke Dinas lain. Kalau ada bapak atau ibu yang enggak suka, silakan saja mulai ikutan kampanye tolak saya (jadi Gubernur) di pilkada. Kalau target pegawai tidak tercapai bagaimana, ya tidak masalah, enggak apa-apa," tegas Basuki.

Basuki mengaku langkah tersebut diambil karena sudah telanjur mendapatkan rapor merah dari DPRD dengan kinerja buruk selama tahun 2014. Dalam penilaian itu, banyak target tidak tercapai, termasuk penerimaan daerah dari pajak.

Basuki juga akan mengejar oknum pegawai pajak, mulai dari menutup rekening hingga membuat wajib pajak itu bangkrut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com