JAKARTA, KOMPAS — Perayaan Hari Anak Nasional hendaknya bersifat mengakar dan menyebar, bukan sekadar besar-besaran. Di perayaan tersebut, masyarakat kembali diingatkan akan pentingnya menyadari dan memahami hak-hak anak. Hal itu agar bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang bermutu.
"Perayaan Hari Anak Nasional sebaiknya dimulai dari lingkungan terdekat, yakni keluarga dan di sekitar rumah. Di sini, peran RT/RW amat besar. Mereka bisa melangsungkan perayaan dengan mengadakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak," kata psikolog anak Seto Mulyadi yang juga Ketua Dewan Pembina Satuan Tugas Perlindungan Anak ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (23/7).
Ia menyoroti kebiasaan masyarakat Indonesia yang umumnya merayakan Hari Anak Nasional dengan cara mengumpulkan ratusan anak untuk dibawa ke pusat-pusat rekreasi. Jumlah anak yang banyak tersebut sering kali bertujuan untuk memecahkan rekor.
"Justru anak-anak menderita karena harus berdesak-desakan, mengantre dalam waktu yang lama, dan berpanas-panasan," ujar Seto. Ia menjelaskan bahwa membahagiakan anak dimulai dengan memperhatikan dan memenuhi hak-hak dasar anak, seperti memberi mereka lingkungan yang aman dan nyaman untuk tumbuh dan berkembang.
Di samping itu, hak anak untuk berpartisipasi secara wajar juga tidak boleh diabaikan. Orangtua hendaknya membuka komunikasi yang baik dengan anak, jangan sekadar memaksakan kehendak. "Kami ingin merintis gerakan nasional bahwa di setiap Hari Anak Nasional, setiap RT/RW harus mengadakan kegiatan yang menghibur dan bermanfaat untuk anak-anak warga sekitar," kata Seto.
Salah satu contoh, kegiatan yang akan dilakukan oleh keluarga besar RW 012 Kompleks Cirendeu Permai, Tangerang Selatan, yang mengadakan acara dongeng, sulap, dan berbagai lomba untuk anak-anak sebagai perayaan rutin Hati Anak Nasional.
"Kalau setiap lapisan masyarakat dan aparat pemerintahan dari tingkat atas hingga tingkat terendah menyadari bahwa kebahagiaan anak dimulai dari hal-hal kecil, Indonesia yang ramah anak bisa terwujud," ujar Seto.
Secara terpisah, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, mengatakan, Hari Anak Nasional merupakan refleksi masih banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Hal itu juga merupakan momen positif yang bisa digunakan untuk menghargai berbagai aspek masyarakat yang berkontribusi kepada kemajuan kesejahteraan anak Indonesia sehingga masyarakat semakin termotivasi untuk berbuat kebaikan.
Ia mengungkapkan, KPAI akan memberi penghargaan kepada orang-orang yang dinilai memberi kontribusi positif dalam meningkatkan mutu perlindungan anak. Mereka adalah tokoh masyarakat, pendidik, seniman, dan bintang film. Jadwal pemberian penghargaan diperkirakan pekan depan dan dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Hari Anak Nasional
Kamis pagi, topik perbincangan mengenai Hari Anak Nasional mendominasi linimasa Twitter di Indonesia. Bahkan, topik itu sempat menduduki peringkat pertama trending topic Twitter di Indonesia.
Layanan aplikasi Topsy pada Kamis pukul 09.50 mencatat sebanyak 4.475 kali frasa "Selamat Hari Anak Nasional" digunakan di linimasa Twitter dalam satu jam terakhir. Lonjakan penggunaan frasa itu membuat frasa tersebut menyodok ke peringkat pertama.
Beragam komentar diunggah pengguna Twitter ke linimasa terkait dengan peringatan tersebut. Ucapan selamat menjadi kicauan yang relatif mendominasi linimasa.
"Selamat Hari Anak Nasional Semoga semakin banyaknya anak2 yg berprestasi, membanggakan & mnjdi penerus bangsa ini," demikian Nisrina Nuraini menulis pada akun ?@NisrinaNur_Aini.